Prof. Romo Franz Magnis Suseno menceritakan pada saat Cak Nur di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, merupakan salah satu tokoh yang terkenal dengan kontroversi karena menyuarakan mengenai pembaruan secara berulang kali.
"Terlebih kala itu Cak Nur menyerukan 'Islam Yes, Partai Islam No'. Cak Nur melihat Islam di Indonesia tidak akan maju jika fokus dengan partai politik, ia menegaskan 'Islam perlu mendukung negara sekuler'. Cak nur menyadari agama merupakan pemain dalam perpolitikan saat itu."
Baca Juga:
The Lead Institute Universitas Paramadina Gelar Diskusi Kepemimpinan Profetik dan Pilkada 2024
"Bagi Cak Nur yang amat penting adalah keterbukaan Islam terhadap modernitas. Ia meyakini Islam bisa dan harus semodern-modernnya. Islam secara hakiki agama yang terbuka, toleran, pluralis, dan demokratis karena hadir di tengah modernitas. Bagi saya Cak Nur adalah seorang Teolog." Tambahnya.
Dekan Fakultas Pendidikan UIII Prof. Nina Nurmila, MA, Ph.D memaparkan bahwa Islam dalam pemikiran Cak Nur yaitu sebagai rahmatan lil alamin, dimana semua manusia yaitu laki-laki dan perempuan serta seisi alam termasuk tumbuhan dan hewan.
Islam dianggap sebagai agama yang inklusif karena mendorong perdamaian, toleransi, dan keadilan tentu dengan keadilan gender juga di hadirkan oleh Cak Nur.
Baca Juga:
Universitas Paramadina Dorong Literasi Investasi Reksa Dana di Kalangan Mahasiswa
"Menurut Cak Nur nilai-nilai modernitas tidak bertentangan dengan islam. Modern dalam arti dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan teknologi. Cak Nur sebenarnya tidak banyak membahas mengenai isu perempuan dalam karyanya, namun pemikirannya progresif dan kontekstual sehingga dapat memberi ruang bagi inklusivitas dan kesetaraan gender serta kebebasan berekspresi bagi perempuan." Pungkasnya.
[Redaktur: Amanda Zubehor]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.