Di mana kompetisi lewat dunia pendiidkan akan menjadi tulang punggung pembinaan sepak bola Indonesia.
“Terima kasih kepada Kemendikbudristek yang secara konsisten melaksanakan GSI pertama hingga keenam. Selama pandemi kami tetap melaksanakan kompetisi secara virtual,” ucap Indra.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siap Identifikasi 9 Kerangka Tentara Jepang Korban PD II di Biak
Ia juga menjelaskan bahwa kompetisi bukan satu-satunya dalam membina pemain sepak bola. Ada lima faktor dalam menciptakan kualitas persebakbolaan Indonesia menjadi lebih baik.
Seluruh pemangku kepentingan harus bergotong royong menyediakan 1) infrastruktur, 2) kurikulum, 3) pengembangan pelatih, 4) pengembangan pemain, dan 5) kompetisi.
“Kompetisi ini ibarat ‘Ujian Nasional’. Kalau infrastruktur, lapangan bertanding, guru yang mengajar serta kurikulumnya tidak bagus, pasti murid-muridnya tidak berkualitas. Kemudian jika murid tersebut kita uji melalui kompetisi, tentu hasilnya juga tidak bagus,” jelasnya.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siapkan Anggaran Rp14,69 Triliun untuk Program KIP Kuliah 2025
Oleh karena itu, infrastruktur olah raga yang bagus perlu terus ditingkatkan di berbagai daerah.
Di mulai dari menyediakan lapangan bagus di pedesaaan karena anak-anak yang bertalenta olah raga membutuhkan banyak ruang untuk bergerak dan berolah raga. Indra berharap, dari desa akan muncul bibit pesepak bola masa depan.
“Kepada anak-anak saya berpesan, sepak bola tidak hanya tentang kalah dan menang. Banyak nilai lainnya yang bisa diambil dari sepak bola. Kemenangan yang dicapai dengan cara-cara yang tidak baik itulah kekalahan yang hakiki. Tetapi kekalahan yang kalian sudah perjuangkan dengan baik, itulah kemenangan yang sebenarnya,” tutup Indra.