Bukti ilmiah dari Institut Karolinska Swedia turut mendukung keputusan ini. Lembaga tersebut menyatakan bahwa perangkat digital dapat menghambat kemampuan siswa dalam memahami informasi yang kompleks.
“Kami percaya bahwa fokusnya harus kembali pada perolehan pengetahuan melalui buku teks cetak dan keahlian guru, daripada memperoleh pengetahuan terutama dari sumber digital yang belum diverifikasi keakuratannya,” jelas seorang peneliti.
Baca Juga:
Debat soal Palestina Memanas, Menlu Swedia Dihujani Tomat dan Bawang
Pemerintah Swedia memutuskan untuk mengambil langkah konkret dengan menginvestasikan 104 juta Euro (sekitar Rp 1,74 triliun) untuk menyediakan buku cetak bagi setiap siswa di semua mata pelajaran.
Selain itu, anggaran tersebut juga akan digunakan untuk mendukung kampanye kesadaran serta membantu sekolah selama masa transisi.
“Langkah ini adalah tentang menemukan keseimbangan,” kata Menteri Pendidikan Lena Johansson.
Baca Juga:
Raih 18 Trofi Selama Karir, Ini Profil Sven-Goran Eriksson yang Meninggal Dunia
“Kami tidak meninggalkan perangkat digital sepenuhnya, tetapi memastikan bahwa perangkat tersebut melengkapi, bukan menggantikan aspek dasar pembelajaran,” imbuhnya.
Dengan kebijakan ini, Pemerintah Swedia berharap dapat meningkatkan kembali keterampilan dasar siswa sekaligus tetap memanfaatkan teknologi digital sebagai alat pendukung, bukan sebagai pengganti metode pembelajaran tradisional.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.