WAHANANEWS.CO, Jakarta - Penggunaan kecerdasan buatan (AI) terus membawa dampak besar pada dunia kerja, bahkan mengancam kelangsungan sejumlah pekerjaan manusia.
Berdasarkan laporan Future of Jobs Report dari Forum Ekonomi Dunia (WEF), 41 persen perusahaan di seluruh dunia berencana mengurangi jumlah pekerja mereka karena otomatisasi yang dilakukan AI.
Baca Juga:
CEO Google dan Microsoft Asal Indonesia: Mungkinkah?
Survei terhadap ratusan perusahaan besar menunjukkan bahwa 77 persen dari mereka berniat meningkatkan keterampilan serta melatih kembali pekerjanya antara tahun 2025 hingga 2030 agar mampu beradaptasi dengan AI, sebagaimana dilansir CNN.
"Kemajuan AI dan energi terbarukan mengubah pasar kerja, menciptakan permintaan tinggi untuk peran teknologi atau spesialis tertentu, sekaligus menurunkan kebutuhan untuk pekerjaan lainnya, seperti desainer grafis," ujar WEF dalam siaran persnya.
Saadia Zahidi, Direktur Pelaksana WEF, menyoroti peran besar AI generatif (generative AI) dalam merevolusi industri dan tugas di berbagai sektor.
Baca Juga:
Gmail dalam Ancaman, FBI dan Google Ungkap Taktik Penipuan AI
Teknologi ini mampu menghasilkan teks, gambar, atau konten asli lain berdasarkan permintaan pengguna.
Beberapa pekerjaan yang diprediksi mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun mendatang termasuk petugas layanan pos, sekretaris eksekutif, dan petugas penggajian.
WEF juga menyebut desainer grafis dan sekretaris hukum sebagai peran yang kini berada dalam daftar pekerjaan yang menurun paling cepat, terutama karena kemampuan AI generatif dalam menyelesaikan tugas berbasis pengetahuan.
Namun, permintaan terhadap keterampilan yang berhubungan dengan AI justru meningkat.
Hampir 70 persen perusahaan berencana merekrut pekerja yang ahli dalam merancang alat AI, dan 62 persen lainnya akan mencari tenaga kerja yang mampu bekerja lebih baik bersama teknologi ini.
WEF menambahkan bahwa dampak utama AI generatif terletak pada potensinya untuk meningkatkan kemampuan manusia melalui kolaborasi manusia dan mesin, bukan sekadar menggantikan tenaga kerja secara langsung.
"Hal ini menyoroti pentingnya keterampilan berbasis manusia," kata WEF.
Meskipun demikian, fakta menunjukkan bahwa banyak pekerja telah kehilangan pekerjaan akibat AI.
Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan seperti Dropbox dan Duolingo mengakui bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) mereka disebabkan oleh adopsi AI.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]