WahanaNews.co | Perusahaan rintisan atau startup jadi perbincangan hangat belakangan ini. Pasalnya beberapa startup melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya secara besar-besaran.
Sebut saja startup edu-tech, Zenius, yang telah berhasil menggalang dana puluhan juta dolar Amerika Serikat hari ini mengumumkan PHK 200 pegawai.
Baca Juga:
MK Putuskan Libur 1 untuk 6 Hari dalam UU CiptaKerja Bertentangan dengan UUD
PHK juga datang dari perusahaan pelat merah, LinkAja. Mereka menyatakan tengah menjalankan reorganisasi sumber daya manusia (SDM) sebagai dampak dari perubahan fokus dan tujuan bisnis.
Perubahan tersebut mengharuskan LinkAja melakukan reorganisasi sumber daya manusia (SDM) berdasarkan relevansi fungsi tiap SDM dengan kebutuhan dan fokus bisnis.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) sekaligus Managing Partner Ideosource Venture Capital, Edward Ismawan Chamdani, mengaku tak kaget melihat startup mulai memilih strategi efisiensi lewat PHK karyawan.
Baca Juga:
MK Kabulkan 70% Tuntutan Buruh, Serikat Pekerja Rayakan Kemenangan Bersejarah dalam Revisi UU Cipta Kerja
Namun, menurutnya keputusan seperti ini merupakan hal yang biasa, dan menjadi dampak dari keputusan bisnis yang belum tepat.
"Saya enggak bilang salah, tapi keputusan bisnis dalam arti apakah bisnis modelnya belum tepat atau target market-nya masih salah, atau ada value change yang mereka fokusnya terlalu lebar," ujar Edward.
Kabar mengenai beberapa perusahaan yang melakukan PHK ini, menurut dia, sudah didengar oleh para pemain yang ada di industri startup, seperti investor, sejak jauh-jauh hari.
Sehingga begitu mendengar sekarang ini terjadi PHK, hal tersebut adalah sebuah kulminasi dari 'trial and error' yang telah dicoba sejak beberapa waktu lalu. Sehingga terbukti harus dilakukan perubahan.
"Buat yang mengerti yes, mereka melihat bahwa ada something wrong dari pola bisnis yang dijalankan," tuturnya.
Sementara itu menurut Managing Plug and Play Indonesia Wesley Harjono, supaya tidak terjadi PHK yang terlalu masif, startup harus menyelaraskan kembali strategi pekerja mereka. Yakni dengan memprioritaskan internal hiring, dan juga kemungkinan penataan kembali peran, yang didukung dengan training dan upskilling untuk karyawan.
"Sehingga dapat melakukan role transition dengan baik, dan mulai melakukan inovasi dari sisi produk dan model bisnis, mengacu pada situasi dan habit target customer mereka di post-pandemi ini." ungkapnya. [rin]