WahanaNews.co, Jakarta - Riza Kamal Shadiq (35) hampir tak percaya bisa memenangkan kompetisi internasional di Italia. Ia terharu dan menangis bahagia. Kerja kerasnya memproduksi artisan Vanili Kristal Organik membuahkan hasil.
Produk vanili yang dihasilkan PT Adore Rempah Indonesia berhasil memuncaki kompetisi sangat
bergengsi di dunia internasional, yang dihelat di Italia.
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
Kabar bahagia itu datang dari arena Pameran SIGEP 2024 di Rimini, Italia pada 20-24 Januari 2024 silam.
Vanili Kristal Organik yang diproduksi PT Adore Rempah Indonesia (Adore Vanilla) memeroleh Innovation Award SIGEP untuk kategori produk organik dengan menempati peringkat pertama berdasarkan kualitas biologis dan bahan alami.
Prestasi ini menggemparkan dunia pervanilian di dalam dan luar negeri. Pamor vanili Indonesia makin kesohor kualitasnya. Kompetisi ini dibuat untuk mengapresiasi para pelaku bisnis makanan di dunia.
Pesertanya berasal dari banyak merek ternama yang setiap tahun bisa diikuti 1200 ekshibitor. SIGEP sendiri merupakan pameran dagang internasional untuk artisan es krim, pastri, bakeri dan kopi yang diselenggarakan oleh Italian Exhibition Group (IEG) setiap tahunnya. Lebih dari 45 tahun, SIGEP menjadi titik acuan inovasi untuk produk makanan manis (dolce foodservice).
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
Ajang ini juga menjadi pameran dagang internasional dengan konsep antarpelaku usaha (Business to
Business/B2B) yang memberikan gambaran lengkap perkembangan pasar baru produk bahan mentah,
mesin dan peralatan, serta perabotan dan pengemasan untuk produk dolce foodservice.
Sebagai punggawa PT Adore Rempah Indonesia, yang memproduksi vanili berkualitas, Riza sudah kenyang
makan asam garam pervanilian. Tawaran ekspor vanili ke berbagai negara di dunia, khususnya Eropa,
ternyata tak seharum aromanya.
“Sering kali produk vanili yang saya tawarkan ditolak para buyer internasional. Mereka menganggap
produk vanili Indonesia bermutu rendah jika dibandingkan produk vanili dari negara lain. Saya sempat
frustasi menghadapinya,” ujar Riza kepada Atase Perdagangan Roma Hesty Syntia Paramita Kusmanto.
Penolakan demi penolakan membuat Riza melakukan introspeksi. Mengapa vanili Indonesia distigma serendah itu? Pertanyaan ini yang membuat Riza mulai mempelajari kelebihan vanili dari negara lain.
Setelah dipelajari, Riza menemukan rata-rata komoditas vanili komersial di seluruh dunia memiliki tingkat
kandungan vanilin sebesar 1,5%. Setelah melalui banyak pengujian, rata-rata vanili Indonesia memiliki
kandungan vanilin di bawah 1%.
Mendapati kenyataan pahit seperti itu, Riza justru memilih untuk tegak dan bangkit. Ia mencari banyak literatur dan berdiskusi dengan para ahli vanili dalam dan luar negeri. Tujuannya hanya satu, bagaimana cara meningkatkan kadar vanilin produk vanili Indonesia.
Dengan sungguh-sungguh, akhirnya ditemukan penyebab rendahnya kualitas vanili Indonesia, yaitu
disebabkan oleh proses pertanian dan pemanenan yang tidak tepat serta metode pengolahan yang tidak sesuai dengan standar global. Selama dua tahun melakukan optimasi, akhirnya Riza menemukan formula terbaiknya.
“Akhirnya, dengan metode curing vanili Adore, kami bisa membuat vanili dengan kadar 3,8%, hampir 3 kali
lebih tinggi dari kadar vanilin rata-rata vanili yang beredar di Eropa (rata-rata 1,3%). Dan uniknya, vanili Adore ini mengeluarkan struktur kristal yang cantik karena kadar vanilin yang sangat tinggi dan menyentuh titik saturasi menjadi struktur kristal,” ujar Riza bangga.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]