WAHANANEWS.CO, Jakarta - Lima negara anggota Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) mencatat lonjakan tajam dalam penggunaan mata uang lokal untuk transaksi lintas negara.
Hingga akhir 2024, sekitar 93 persen pembayaran antarnegara di kawasan tersebut dilakukan tanpa melibatkan dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga:
Rupiah Sentuh Level Terendah Sejak 1998, Menko Airlangga Angkat Bicara
Blok ekonomi yang terdiri dari Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kirgistan ini telah mempercepat upaya dedolarisasi dalam satu dekade terakhir.
Jika pada 2015 transaksi dengan mata uang nasional baru mencapai 70 persen, kini angkanya melonjak menjadi 93 persen, mencerminkan pergeseran besar dalam sistem keuangan regional dan implikasi terhadap tatanan ekonomi global.
Wakil Menteri Pembangunan Ekonomi Rusia, Dmitry Volvach, menjelaskan bahwa peningkatan ini sejalan dengan strategi pengurangan ketergantungan terhadap dolar yang juga diadopsi oleh kelompok BRICS.
Baca Juga:
Heboh Dollar AS ‘Anjlok’ Jadi Rp8.170 di Google, Ini Klarifikasi Google dan BI
“Jika pada 2015 mata uang nasional seperti rubel hanya mencakup sekitar 70 persen transaksi kami dengan mitra EAEU, maka akhir tahun lalu angkanya sudah menembus 93 persen,” ujar Volvach dalam pernyataan resmi yang dikutip dari Watcher Guru, Senin (19/5/2025).
Dedolarisasi kini menjadi tren global, terutama di kalangan negara berkembang yang ingin mengurangi dominasi dolar dalam sistem keuangan internasional.
Selain EAEU dan BRICS, sejumlah kelompok ekonomi lain seperti CIS, SCO, GCC, dan ASEAN juga mendorong penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan luar negeri mereka.