WahanaNews.co | Kelangkaan gas alam di Eropa dan Asia tengah mengerek permintaan minyak, memperdalam defisit pasokan yang sudah cukup besar di pasar minyak mentah, kata Badan Energi Internasional (IEA).
Dilansir Bloomberg pada Kamis (14/10/2021), harga minyak mentah berada di atas U$ 80 per barrel, tertinggi dalam 3 tahun terakhir.
Baca Juga:
Sanksi Barat Tak Berguna, Rusia Jadi 'Raja Gas' untuk China
Para pedagang mengantisipasi bahwa rekor harga gas akan merangsang konsumsi bahan bakar lain, terutama untuk pembangkit listrik.
Namun, itu sudah terjadi dan dapat menambah sekitar 500.000 barel per hari untuk penggunaan minyak rata-rata selama 6 bulan mendatang, kata IEA pada Kamis.
"Kelangkaan akut pada gas alam, suplai LNG ,dan batu bara akibat pemulihan global telah memicu kenaikan tajam harga pasokan energi dan memicu peralihan besar-besaran ke produk minyak,” kata IEA.
Baca Juga:
SKK Migas: Temuan Harta Karun di Pulau Seram Maluku
Data Agustus sementara sudah menunjukkan bahwa ada beberapa permintaan bahan bakar minyak, minyak mentah dan sulingan menengah yang tinggi di luar musimnya untuk pembangkit listrik di sejumlah negara, termasuk China.
Analisis terkini memperlihatkan bagaimana kelangkaan gas alam akut telah berdampak secara meluas pada perekonomian.
Krisis ini memperdalam defisit pasokan minyak saat ini, berpotensi mengganggu rencana OPEC yang secara bertahap hendak menghidupkan kembali produksi yang menganggur.
Ini mengguncang industri padat energi dan mengancam pertumbuhan PDB dan meningkatkan inflasi.
Minyak mentah Brent naik 0,9 persen menjadi US$ 83,95 per barel pada 09:21 pagi waktu London, membawa kenaikan untuk pekan ini menjadi hampir 2 persen. [dhn]