Penerapan EM4 di bidang perkebunan dilakukan pada perkebunan kelapa sawit, karet, kopi dan teh. EM4 diterapkan dalam bidang pertanian tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura (buah, bunga dan sayur), serta pada pertanian perkotaan (urban farming), dan pertamanan (taman kota, hotel dan villa).
EM4 juga diterapkan pada peternakan ayam, bebek, babi, sapi dan kambing, untuk mengurangi bau/ polusi yang dihasilkan oleh kotoran ternak, sekaligus juga untuk mengolah kotoran ternak menjadi pupuk organik. EM4 juga diterapkan pada perikanan/tambak udang, ikan, serta untuk pemeliharaan ikan hias.
Baca Juga:
Dana Swadaya, Ribuan Anggota Rayakan HUT PPODA ke-18 di Dairi
Dalam bidang pengolahan limbah EM4 diterapkan untuk mengolah limbah organik menjadi pupuk organik, mengolah limbah organik kota, hotel dan restoran, serta limbah organik rumah tangga.
Menurut dia, penggunaan EM4 yang sangat luas dan mudah diterapkan, sangat mendukung pemasaran EM4 di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, kesehatan manusia, tanaman dan hewan juga sangat mendukung penerapan EM4 di Indonesia.
Kecepatan dan pertukaran informasi penggunaan, manfaat dan hasil penelitian EM4 dan pertanian organik melalui internet juga sangat mendukung pengembangan EM4 di Indonesia.
Baca Juga:
Lewat Sekolah Lapang Pertanian Organik, Kementan Tingkatkan Kapasitas Penyuluh Pertanian
Saat ini EM4 menjadi terdepan (pemimpin) pasar produk pupuk organik cair di Indonesia, menjadi pelopor teknologi pertanian organik.
"Peluang pasar EM4 di Indonesia masih terbuka lebar, mengingat potensi pengembangan pertanian yang sangat besar untuk meningkatkan produksi produk pertanian, peternakan dan perikanan, serta menjaga kualitas tanah, air dan udara dengan Teknologi EM," kata Pak Oles.
Ia menambahkan, pengembangan pertanian organik, khususnya pada produk makanan, kesehatan, lingkungan dan pariwisata masih sangat terbuka luas. Pertanian organik dan Teknologi EM merupakan dua sisi yang saling melengkapi.