GIAMM juga mengajak pemerintah memperkuat diplomasi dagang dengan negara mitra guna memastikan industri nasional mendapat perlindungan yang memadai sehingga tetap bisa tumbuh dan berkontribusi terhadap perekonomian.
"Meski ada tantangan, kami tetap optimistis. Pasar Amerika masih terbuka. Selama tarif yang dikenakan terhadap China lebih tinggi dari Indonesia, produsen dalam negeri masih memiliki peluang untuk bersaing," tambah Basuki.
Baca Juga:
Kanada Balas AS, Tarif 25% Diterapkan pada Impor Kendaraan
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif sedikitnya 10 persen terhadap barang-barang dari berbagai negara, termasuk Indonesia, pada Rabu (2/4/2025).
Menurut unggahan Gedung Putih di Instagram, Indonesia menempati urutan kedelapan dalam daftar negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen.
Sebanyak 60 negara lainnya juga akan dikenakan tarif timbal balik yang setara dengan separuh dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS.
Baca Juga:
Penyesuaian Tarif, Per 1 Maret Biaya Perumda Tirta Patriot Naik untuk Wilayah Teluk Buyung dan Jatisari
Selain Indonesia, beberapa negara Asia Tenggara yang juga terdampak kebijakan ini adalah Malaysia (24 persen), Kamboja (49 persen), Vietnam (46 persen), dan Thailand (36 persen).
[Redaktur: Ajat Sudrajat]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.