“Pasokan energi harus benar-benar dapat diakses masyarakat, tidak hanya cukup secara angka, tetapi juga hadir di lapangan, termasuk di wilayah dengan mobilitas tinggi,” ujar Ahmad.
Dari sisi kelistrikan, Direktur Retail dan Niaga PLN, Adi Priyanto, menyampaikan bahwa sistem kelistrikan nasional berada dalam kondisi aman selama periode Nataru.
Baca Juga:
Hadapi Nataru 2025/2026, Kementerian ESDM Siagakan Posko Nasional Sektor Energi
PLN memproyeksikan beban puncak mencapai sekitar 46,8 Gigawatt (GW), sementara daya mampu pasok tercatat sebesar 53,9 GW, sehingga terdapat cadangan daya sebesar 7,1 GW atau sekitar 15,2 persen.
Ketersediaan energi primer untuk pembangkit juga dipastikan aman.
Rata-rata Hari Operasional Pembangkitan (HOP) pembangkit berbahan bakar batu bara dan gas tercatat mencapai 22 hari, sehingga mampu menopang kebutuhan listrik selama masa libur panjang.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Salurkan Ratusan Tenda dan Logistik bagi Korban Bencana Batang Toru
Ilustrasi petugas PLN saat sedang melakukan pemantauan kelistrikan secara realtime.
“Kami secara preventif sudah mempersiapkan dan memelihara setiap pembangkit kami, jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan operasi layanan pelanggan sejak jauh-jauh hari sebelum memasuki periode Nataru,” jelasnya.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi risiko, PLN menyiagakan sekitar 69 ribu personel yang tersebar di 3.392 posko siaga di seluruh Indonesia.