WahanaNews.co | Kenaikan harga minyak dunia turut mengerek biaya pokok penyediaan (BPP) listrik PT PLN. Saat ini harga minyak dunia sudah di atas US$ 110 per barel. Sementara asumsi PLN cuma US$ 63 per barel.
“Ini berdampak pada kenaikan biaya atau cost kami yaitu per dolar per barelnya ada dampak kenaikan Rp 500 miliar biaya operasional,” kata Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo dalam konferensi pers di Kantor Pusat PLN, Jumat (1/7).
Hitungan Darmawan, dengan adanya kenaikan harga minyak US$ 40 hingga US$ 45 akan berdampak sekitar Rp 20 triliun hingga Rp 23 triliun BPP listrik PLN.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Saat ini, PLN mengoperasikan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang menggunakan bahan bakar minyak di ribuan lokasi di daerah terpencil.
“Karena ada potensi kenaikan BPP ini maka pemerintah sudah mengambil langkah-langkah agar PLN bisa melakukan efisiensi menurunkan BPP sehingga berkesinambungan dan pasokan listrik bisa terjaga,” ujar Darmawan.
Dalam proses realisasinya, terjadi disparitas antara harga jual listrik dengan biaya pokok produksi rata-rata untuk rumah tangga sebesar Rp 250 per kWh. Adapun perbedaan biaya tersebut, antara tarif dengan BPP tetap ditanggung pemerintah.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Saat ini PLN sedang dalam proses mengubah PLTD di daerah terpencil dari yang menggunakan bahan bakar fosil (yang sebagian besar BBM-nya masih diimpor dengan harga yang mahal) akan digantikan dengan energi baru terbarukan menyesuaikan dengan potensi wilayah tersebut.
Sebelumnya, PLN akan melakukan didiesilisasi atau konversi sekitar 5.200 PLTD ke pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT). Darmawan bilang, saat ini pihaknya sedang dalam proses melelang di 200 lokasi dan akan terus ditambah di 250 lokasi.
Darmawan menyebutkan, ada sebagian pembangkit PLTD yang mengonsumsi BBM dapat dieliminasi dengan tambahan transmisi dan distribusi.