"Kebijakan produksi terbatas yang dilakukan oleh OPEC+ sebagian bertanggung jawab. Peningkatan produksi yang disepakati sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan tidak akan cukup karena segala sesuatunya saat ini berdiri untuk menutup kesenjangan antara permintaan dan pasokan," Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan pada Selasa (19/10/2021), dalam sebuah catatan.
"Neraca permintaan-penawaran menunjukkan bahwa pasar mengalami defisit pasokan, yang mendorong penarikan persediaan yang dalam dan mendorong harga-harga bergerak naik," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.
Baca Juga:
Harga Minyak Dunia di Tengah Sengitnya Perang Israel-Hamas
Dia menambahkan, keketatan pasar ini diperkirakan akan meluas hingga sebagian besar tahun 2022, dan permintaan hanya akan mengejar pasokan minyak mentah pada kuartal keempat tahun depan.
Menurut para pedagang dan analis, dengan penurunan suhu saat musim dingin di belahan bumi utara yang kiat dekat dan permintaan pemanasan meningkat, harga minyak, batu bara, dan gas alam kemungkinan akan tetap tinggi.
Cuaca yang lebih dingin sudah mulai mencengkeram China, dengan perkiraan suhu mendekati titik beku untuk wilayah utara, menurut AccuWeather.com.
Baca Juga:
Goldman Sachs Prediksi Minyak Melonjak ke US$105 per Barel Tahun 2023
Kenaikan harga batu bara dan gas alam di Asia diperkirakan akan menyebabkan beberapa pengguna akhir beralih ke minyak yang lebih murah sebagai alternatif.
Namun, krisis listrik yang mengirim harga lebih tinggi juga menghambat pertumbuhan ekonomi China, yang turun ke level terendah dalam setahun, data resmi menunjukkan pada Senin (18/10/2021).
Tingkat pemrosesan minyak mentah harian China juga turun bulan lalu, jatuh ke level terendah sejak Mei tahun lalu.