WahanaNews.co | Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Selasa (19/10/2021) waktu New York dan mendekati level tertinggi multi-tahun karena krisis pasokan energi berlanjut di seluruh dunia.
Penurunan suhu di China juga menghidupkan kembali kekhawatiran tentang apakah konsumen energi terbesar dunia itu dapat memenuhi kebutuhan pemanas domestiknya.
Baca Juga:
Harga Minyak Dunia di Tengah Sengitnya Perang Israel-Hamas
Mengutip Antara, Rabu (20/10/2021), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 75 sen menjadi menetap di US$ 85,08 per barel di London ICE Futures Exchange.
Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November bertambah 52 sen menjadi ditutup di US$ 82,96 per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga telah naik dalam dua bulan terakhir.
Baca Juga:
Goldman Sachs Prediksi Minyak Melonjak ke US$105 per Barel Tahun 2023
Sejak awal September, Brent telah melonjak sekitar 19 persen, sementara WTI telah melonjak sekitar 21 persen.
Kedua patokan minyak mentah itu mendekati level tertinggi multi-tahun mereka karena pasar minyak diperkirakan akan tetap ketat untuk saat ini.
OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan bulanan masing-masing pekan lalu melihat pasar minyak secara nyata kekurangan pasokan dalam jangka pendek.
"Kebijakan produksi terbatas yang dilakukan oleh OPEC+ sebagian bertanggung jawab. Peningkatan produksi yang disepakati sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan tidak akan cukup karena segala sesuatunya saat ini berdiri untuk menutup kesenjangan antara permintaan dan pasokan," Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan pada Selasa (19/10/2021), dalam sebuah catatan.
"Neraca permintaan-penawaran menunjukkan bahwa pasar mengalami defisit pasokan, yang mendorong penarikan persediaan yang dalam dan mendorong harga-harga bergerak naik," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.
Dia menambahkan, keketatan pasar ini diperkirakan akan meluas hingga sebagian besar tahun 2022, dan permintaan hanya akan mengejar pasokan minyak mentah pada kuartal keempat tahun depan.
Menurut para pedagang dan analis, dengan penurunan suhu saat musim dingin di belahan bumi utara yang kiat dekat dan permintaan pemanasan meningkat, harga minyak, batu bara, dan gas alam kemungkinan akan tetap tinggi.
Cuaca yang lebih dingin sudah mulai mencengkeram China, dengan perkiraan suhu mendekati titik beku untuk wilayah utara, menurut AccuWeather.com.
Kenaikan harga batu bara dan gas alam di Asia diperkirakan akan menyebabkan beberapa pengguna akhir beralih ke minyak yang lebih murah sebagai alternatif.
Namun, krisis listrik yang mengirim harga lebih tinggi juga menghambat pertumbuhan ekonomi China, yang turun ke level terendah dalam setahun, data resmi menunjukkan pada Senin (18/10/2021).
Tingkat pemrosesan minyak mentah harian China juga turun bulan lalu, jatuh ke level terendah sejak Mei tahun lalu.
Di Brazil, perusahaan minyak milik negara Petrobras menegaskan tidak akan dapat memenuhi "permintaan atipikal" dari distributor bahan bakar pada November yang telah melampaui kapasitas produksinya, meningkatkan kekhawatiran kekurangan pasokan di negara itu.
Di Amerika Serikat, stok minyak mentah naik sementara persediaan bensin dan sulingan turun pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (19/10/2021).
Stok minyak mentah naik 3,3 juta barel untuk pekan yang berakhir 15 Oktober 2021.
Persediaan bensin turun 3,5 juta barel dan stok sulingan turun 3 juta barel, data menunjukkan, menurut sumber, yang berbicara dengan syarat anonim.
Para pedagang sekarang sedang menunggu data stok minyak mentah AS karena Badan Informasi Energi AS (EIA) akan merilis laporan status minyak mingguannya pada Rabu waktu setempat. [qnt]