WAHANANEWS.CO - PT Pertamina (Persero) menyatakan siap menghadapi dampak lonjakan harga minyak dunia akibat serangan Israel ke Iran.
Salah satu langkah yang disiapkan adalah fleksibilitas dalam pengalihan sumber impor minyak mentah.
Baca Juga:
Putaran I Pertamax Turbo Drag Fest 2025 Segera Digelar di Yogyakarta
“Kami bisa modifikasi ketika memang ada gangguan di satu titik. Kita bisa shift, misalnya dari Afrika atau dari lokasi-lokasi lain,” ujar VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, di Grha Pertamina, Jakarta, Jumat (13/6/2025).
Fadjar menjelaskan bahwa kontrak pembelian minyak mentah yang dijalin Pertamina saat ini memiliki fleksibilitas tinggi.
Hal ini memungkinkan perusahaan dengan mudah mengubah jalur pasokan bila terjadi krisis di satu wilayah.
Baca Juga:
Kejagung Bongkar Skema Sistematis Korupsi Pertamina, Kerugian Negara Tembus Rp 285 Triliun
Saat ini, Pertamina masih melakukan kajian mendalam terhadap potensi dampak langsung dari serangan Israel terhadap impor minyak nasional.
Namun, Fadjar menyebut bahwa pengalaman menghadapi gejolak politik di Timur Tengah sudah menjadi bagian dari rutinitas perencanaan distribusi energi Pertamina.
“Biasanya kalau yang kemarin-kemarin yang beberapa kali konflik, salah satunya caranya adalah reroute, cari jalur pelayaran distribusi yang aman,” tambahnya.
Lonjakan harga minyak dunia tercatat cukup signifikan setelah serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran.
Menurut Reuters, harga minyak Brent naik sebesar US$6,29 atau 9,07 persen menjadi US$75,65 per barel—level tertinggi sejak 27 Januari 2025.
Sementara itu, minyak mentah WTI naik US$6,43 atau 9,45 persen menjadi US$74,47 per barel.
[Redaksi: Rinrin Khaltarina]