Indonesia, tutur Komaidi, sebagai pricetaker tidak memiliki kemampuan mengintervensi harga minyak sehingga berapa pun angka yang terbentuk harus tetap diambil. Menurut dia, dalam hal ini tentu ada risiko fiskal dan moneter terkait harga jual BBM. “Dalam jangka pendek Indonesia relatif tidak memiliki pilihan (penentuan harga jual BBM),” kata Doktor ekonomi lulusan Universitas Trisakti itu.
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan sebagai negara net importer Indonesia dinilai sangat dirugikan dengan kenaikkan harga minyak dunia hingga di atas US$ 110 per barel. Kenaikan harga minyak tersebut akan sangat memberatkan beban APBN.
Baca Juga:
680 Liter Pertalite Diamankan, Sat Reskrim Polres Subulussalam Tangkap Seorang Pria Diduga Lakukan Penyalahgunaan BBM
“Beban APBN itu untuk memberikan kompensasi pada saat Pertamina menjual BBM di bawah harga keekonomian. Kalau tidak ada kenaikkan harga BBM di dalam negeri beban APBN semakin berat,” katanya.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman sebelumnya mengatakan Pertamina terus mencermati kenaikan harga minyak mentah dunia dan dampak-dampak strategisnya.
Pertamina berupaya menjaga pasokan BBM dan elpiji nasional, ke seluruh masyarakat Indonesia. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.