WahanaNews.co, Jakarta - Indonesia dan Inggris berhasil menyelesaikan modifikasi skedul konsesi Inggris untuk Tariff Rate Quota (TRQ) country specific Indonesia untuk produk singkong (manioc), khususnya setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa (pasca-Brexit).
Dengan kesepakatan baru ini, Indonesia dapat mengekspor singkong (HS 0714) ke Inggris dengan tarif 6 persen dan kuota hingga 660.000 ton/tahun.
Baca Juga:
Profil Keir Starmer, Perdana Menteri Inggris yang Baru Gantikan Rishi Sunak
Kesepakatan ini disahkan di sela-sela Senior Official Meeting (SOM) World Trade Organization (WTO) melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono sebagai perwakilan dari Indonesia dan
Direktur Jenderal Sistem Perdagangan Inggris Joanna Crellin sebagai perwakilan dari Inggris.
Penandatanganan kesepakatan dilaksanakan pada 24 Oktober 2023 lalu di Jenewa, Swiss disaksikan Duta Besar RI untuk WTO Dandy Satria Iswara.
“Dengan tarif 6 persen diharapkan produk singkong Indonesia akan semakin kompetitif di pasar Inggris dan mendorong para eksportir untuk memanfaatkan fasilitas TRQ tersebut,” ujar Djatmiko.
Baca Juga:
BRIN: Produksi Singkong Belum Memadai untuk Bahan Baku Energi Terbarukan
Menurut Djatmiko, kesepakatan Indonesia-Inggris yang merupakan konsekuensi Brexit ini memiliki
beberapa peluang sekaligus tantangan. Pertama, TRQ jenis ini adalah country specific, artinya
kuota 660.000 ton/tahun adalah alokasi khusus untuk Indonesia. Kedua, melalui kesepakatan ini,
tarif importasi singkong akan menjadi 6 persen (in-quota tariff ad-valorem).
“Hal ini akan jauh menguntungkan eksportir Indonesia. Jika dibandingkan dengan tarif tanpa perjanjian TRQ,
Indonesia harus dikenakan tarif regular most favoured nation (MFN) sebesar 7,90 poundsterling
per 100 kg,” tambah Djatmiko.
Berdasarkan data trademap.org, total kebutuhan (domestic demand) Inggris untuk produk singkong rata-rata per tahun dalam 10 tahun terakhir mencapai 4.268 ton. Dari jumlah tersebut, kontribusi Indonesia masih minim dengan rata-rata pangsa pasar (market share) sebesar 1,95 persen dari total impor singkong Inggris.
Data dari trademap.org juga menunjukkan, pada kurun waktu lima tahun terakhir (2018-2022), total realisasi ekspor singkong beku (HS 071410) Indonesia ke dunia sebesar 27 ribu ton atau senilai dengan USD 19,2 juta. Sedangkan ekspor singkong Indonesia ke Inggris masih kecil, yaitu
sekitar 80 ton/tahunnya.
Namun demikian, nilai ekspor singkong Indonesia pada periode 2018-2022 tercatat terus meningkat yaitu pada 2022 sebesar USD 316 ribu, meningkat dibandingkan 2021 yang sebesar USD 241 ribu. Pada 2020 sebesar USD 146 ribu, pada 2019 sebesar USD 138 ribu, serta pada 2018 sebesar USD 122 ribu.
Sementara itu, jika mengacu pada data Kementerian Pertanian, produksi
rata-rata ubi kayu tahun 2017--2021 berkisar 16,1 juta ton/tahun. Djatmiko menegaskan, TRQ merupakan fasilitas penting untuk mengantisipasi potensi ekspor singkong Indonesia ke Inggris dan Kementerian Perdagangan telah berjuang mendapatkan konsesi ini.
“Untuk itu, petani Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi ubi kayu. Selain
itu, pelaku usaha/eksportir diharapkan dapat lebih giat menggunakan fasilitas TRQ dengan tarif 6 persen. Semoga hasil perundingan dapat memacu semangat produktivitas dan daya saing singkong nasional menjadi komoditas ekspor pertanian Indonesia di pasar Inggris,” pungkas Djatmiko.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]