WahanaNews.co | Emas menguat tipis pada akhir perdagangan Jumat (1/10/2021) waktu New York, ditopang oleh dolar AS yang lebih lemah dan kekhawatiran tentang kenaikan inflasi serta risiko terhadap pertumbuhan ekonomi AS.
Ketiga sentimen ini melawan spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral yang lebih awal dari perkiraan.
Baca Juga:
Zona Merah Inflasi Sulteng Peringkat ke2 Tertinggi Nasional, Kebijakan Gubernur Berani Patut Dipertanyakan
Mengutip Antara, Sabtu (2/10/2021), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, naik moderat US$ 1,4 atau 0,08 persen, menjadi ditutup pada US$ 1.758,40 per ounce.
Untuk minggu ini, emas berhasil menguat 0,4 persen.
Meskipun sempat melonjak 1,98 persen pada Kamis (30/9/2021) emas mencatat kerugian tajam 3,4 persen untuk September 2021.
Baca Juga:
Harga Beras Masih Tinggi, Pemerintah Turunkan Inflasi Lewat Bantuan dan SPHP
Pada Kamis itu, emas berjangka melambung US$ 34,1 atau 1,98 persen menjadi US$ 1.757, setelah merosot US$ 14,6 atau 0,84 persen menjadi US$ 1.722,90 pada Rabu (29/9/2021), dan jatuh US$ 14,5 atau 0,83 persen menjadi US$ 1.737,50 pada Selasa (28/9/2021).
Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures di Chicago, Phillip Streible, mengatakan, penurunan dolar dan imbal hasil obligasi yang lebih rendah mendukung emas, sementara para investor memposisikan ulang investasi mereka untuk kuartal keempat tahun ini.
Membantu daya tarik emas, saham Eropa dan Asia jatuh di tengah kekhawatiran tentang inflasi dan kemungkinan perlambatan pertumbuhan.