Namun, dalam menentukan sektor yang akan diutamakan, perhitungan pasar dan permintaan harus menjadi faktor utama. Faisal menyatakan bahwa pemilihan sektor harus didasarkan pada kalkulasi pasar dan permintaan agar kebijakan hilirisasi dapat sukses.
Sebagai contoh, Faisal menyebutkan bahwa nikel dan kendaraan listrik mungkin menjadi pilihan yang paling menjanjikan.
Baca Juga:
KPK Akan Panggil Sejumlah Pejabat Bea Cukai Terkait LHKPN
Kedua, Faisal mengusulkan agar pemerintah bersiap untuk bersaing di arena politik melalui platform diplomasi perdagangan.
Dia menekankan bahwa kebijakan hilirisasi sebenarnya dapat dianggap sebagai bentuk pembatasan atau perlindungan terhadap suatu komoditas, dan ini mungkin akan memicu respons serupa dari negara lain terhadap Indonesia.
“Setiap ada hilirisasi, pasti ada larangan ekspor. Nah disitulah harus ada kesiapan trade diplomacy. Karena akan sangat lumrah ketika negara protes atau men-challenge kebijakan hilirisasi, dan itulah fakta yang kita hadapi dengan negara lain. Jadi kalau mau mengoptimalkan hilirisasi, tidak bisa bergerak parsial hanya bisnisnya saja. Investasi sendiri, perdagangan sendiri, diplomasi sendiri. Semuanya harus bersamaan. Itulah yang dilakukan negara-negara maju,” terang Faisal.
Baca Juga:
Apresiasi Eksportir Indonesia, Kemendag Kembali Berikan Penghargaan Primaniyarta
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.