WAHANANEWS.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak pemerintah untuk memperketat pengawasan terhadap peredaran anggur shine muscat di Indonesia.
Permintaan ini muncul di tengah kekhawatiran publik setelah ditemukan kandungan pestisida yang melebihi ambang aman pada anggur jenis ini di Thailand.
Baca Juga:
Kritik Pedas YLKI: Kebijakan Harga Tiket Taman Nasional 100-400% Justru Bunuh Minat Wisatawan
Meskipun anggur shine muscat juga beredar di pasar Indonesia, sejauh ini belum ada laporan terkait kasus serupa di dalam negeri.
Meski demikian, Ketua YLKI Tulus Abadi menegaskan bahwa pemerintah tetap perlu memperketat peredaran anggur ini di pasar lokal.
"Pengetatan yang dimaksud adalah melakukan sortir secara detail komoditas tersebut saat masuk ke pasar Indonesia," ujar Tulus, melansir Tribunnews, Jumat (1/10/2024).
Baca Juga:
Masyarakat Diminta Waspada Peredaran Jajanan China Ilegal Berbahaya
Ia menambahkan bahwa langkah ini untuk menghindari risiko seolah "seperti penyakit menular," sehingga harus ada mitigasi agar kasus yang terjadi di Thailand dan Malaysia tidak merambah ke Indonesia.
Tulus menegaskan bahwa Badan Karantina Kementerian Pertanian perlu memperketat pengawasan agar pasar dan masyarakat Indonesia terlindungi.
Berdasarkan informasi yang diterima, YLKI menyebut bahwa di Indonesia belum ditemukan kasus anggur shine muscat yang memiliki residu racun berbahaya.
"Terkait keamanan, sudah dijawab oleh Badan Karantina Kementan, bahwa yang di Indonesia dinyatakan aman," ujar Tulus.
Menanggapi isu ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk membahas langkah pengawasan terhadap anggur tersebut.
"Anggur ini seharusnya kan itu hubungannya dengan Kementerian Pertanian. Kan ada di situ barang karantinanya, ya masuk," ujar Kepala BPOM Taruna Ikrar di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (29/10/2024).
"Tetapi, karena Badan POM punya tupoksi pengawasan obat dan makanan, ini bagian dari makanan, maka kami tadi ditegur," lanjutnya.
Di kesempatan berbeda, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono juga mengungkapkan bahwa pihaknya sedang mengecek keamanan anggur shine muscat yang dinilai mengandung residu kimia.
"Jadi kita juga lagi cek. Dari sisi keamanan produk-produk pertanian ini, kita lagi cek ya," ujarnya kepada wartawan di Kantor Kementan, Selasa (29/10/2024).
Bahkan, Sudaryono menambahkan bahwa ia kerap mengonsumsi anggur jenis tersebut. "Termasuk aku juga suka makan," ungkapnya.
Selain itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga menyatakan bahwa pihaknya akan memperketat masuknya pangan segar impor.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menjelaskan bahwa pihaknya akan menggelar investigasi lebih lanjut terkait isu ini.
"Terkait adanya pemberitaan di media mengenai anggur shine muscat dari China, NFA selaku OKKP akan melakukan investigasi lebih lanjut," kata Arief di Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Arief menyebutkan bahwa upaya pengetatan keamanan pangan terhadap produk segar impor mencakup sampling dan pengujian laboratorium.
"Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari komitmen kita dalam memastikan pangan khususnya pangan segar yang beredar di Indonesia aman untuk dikonsumsi," imbuhnya.
Diketahui, kekhawatiran publik Thailand dan Malaysia terkait anggur shine muscat ini mencuat setelah ditemukan senyawa berbahaya, termasuk klorpirifos, dalam sampel anggur yang diimpor dari China.
Temuan tersebut diumumkan oleh Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-Pan) dan Yayasan Konsumen Thailand pada 24 Oktober lalu, setelah melakukan uji laboratorium pada 24 sampel anggur yang diambil dari berbagai pasar dan toko ritel.
Sembilan sampel diimpor dari China, sementara 15 sampel lainnya berasal dari sumber yang tidak diketahui.
Prokchon U-sap dari Thai-Pan menyatakan, hasil uji lab tersebut menunjukkan 23 dari 24 sampel terkontaminasi bahan kimia berbahaya. Bahkan satu sampel di antaranya mengandung klorpirifos, yang dilarang di Thailand.
Sementara itu, 22 sampel lainnya terkontaminasi oleh 14 residu kimia.
Ia menjelaskan, beberapa bahan kimia berbahaya yang ditemukan tidak terdaftar dalam daftar bahan kimia berbahaya di Thailand, sehingga efek keselamatannya belum dievaluasi.
Banyak dari bahan kimia tersebut, adalah pestisida sistemik yang diserap oleh anggur, membuatnya terlihat segar lebih lama.
Bahan kimia yang ditemukan dalam anggur mencakup Bifenazate, Dinotefuran, Fluopyram, Boscalid, Fluopicolide, Pyrimethanil, Ametoctradin, Tetrakonazole, Ethirimol, Metrafenone, Fludioxonil, Bupirimate, Isopyrazam, Oxathiapiprolin, Biphenyl, dan Cyazofamid.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]