WahanaNews.co, Tangerang - Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan
Ekspor Nasional mendorong para pelaku usaha untuk melakukan penetrasi pasar ekspor ke pasar
nontradisional.
Beberapa diantaranya yaitu Tunisia, Bosnia dan Herzegovina, Kenya, Pakistan, serta Aljazair. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi dalam acara Ambassador Dialogue Series dengan tema "Grab The Market" di Tangerang, Banten pada Kamis, (19/10).
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Trade Expo Indonesia ke-38 2023 yang digelar secara luring pada 18-22 Oktober 2023 dan secara daring hingga 18 Desember 2023 di website
www.tradexpoindonesia.com.
Hadir sebagai narasumber yakni Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Tunisia Zuhairi Misrawi, Duta Besar LBBP Bosnia dan Herzegovina Roem Kono, Duta Besar LBBP RI untuk Kenya Mohamad Hery Saripudin, Duta Besar LBBP RI untuk Aljazair Chalief Akbar, Konsul Jenderal RI untuk Karachi Pakistan June Kuncoro Hadiningrat, dan dimoderatori Analis Kebijakan Perdagangan Kemendag Arief Wibisono.
"Sesuai arahan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Indonesia akan fokus melakukan penetrasi ke pasar nontradisional karena jika hanya mengandalkan ekspor ke pasar tradisional pertumbuhannya
sangat kecil," ujar Didi.
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
Didi mengungkapkan, tren ekspor ke pasar nontradisional, khususnya Tunisia, Bosnia dan Herzegovina,
Kenya, Pakistan, serta Aljazair sangat menggembirakan.
Secara umum, nilai tren ekspor Indonesia ke negara ini pada periode 2018-2022 tumbuh positif. Pada periode ini tren ekspor Indonesia ke Tunisia sebesar 34,01 persen, Bosnia dan Herzegovina -10,27 persen, Kenya 19,57 persen, Pakistan 20,69 persen, dan Aljazair 13,63 persen.
"Ini luar biasa. Pasar ekspor ke lima negara ini harus terus digarap," tandas Didi. Didi melanjutkan, dalam memasuki pasar nontradisional perlu diperhatikan tantangan ke depan
mengingat pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat dari 3,4 persen pada 2022 menjadi 2,9 persen pada 2023.
"Hal ini biasanya linier dengan permintaan impor dunia. Artinya, pertumbuhan akan sedikit turun
sehingga persaingan dengan negara lainnya semakin ketat," jelas Didi.
Didi mengajak pelaku usaha Indonesia untuk melirik pasar negara nontradisional seperti Afrika, Asia
Selatan, Asia Tengah, serta Eropa Barat karena sangat menjanjikan.
Apalagi melihat pertumbuhan ekonomi negara di wilayah tersebut, khususnya Afrika. Potensi pasar di wilayah ini mencapai 1,5 miliar
penduduk. Terlebih, produk yang diminati di wilayah Afrika sangat relevan dengan produk yang
dihasilkan Indonesia.
"Indonesia dapat memenuhi permintaan produk dasar kebutuhan sehari-hari misalnya pakaian, alas
kaki, hingga produk kecantikan sehingga untuk memasuki pasar tersebut relatif tidak berat," tambah
Didi.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]