WahanaNews.co, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya untuk membangkitkan kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) agar bisa lebih berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Apalagi, industri TPT merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
Baca Juga:
Kemenperin Dorong Penyerapan Batik IKM Jadi Seragam Jemaah Haji
Industri TPT termasuk yang digolongkan sektor padat karya dan berorientasi ekspor. Pada tahun 2022, kinerja industri TPT masih menunjukan hasil yang baik di tengah tekanan krisis global. Nilai ekspor industri TPT mencapai USD13,83 miliar dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,65 juta orang.
“Guna meningkatkan kinerja sektor industri TPT, upaya yang perlu dilakukan antara lain adalah menjaga ketersediaan bahan baku, perluasan pasar, optimalisasi penggunaan produk dalam negeri, serta penguatan SDM industri yang kompeten,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Minggu (27/8).
Sebagai salah satu upaya memacu pengembangan SDM industri kompeten, Kemenperin melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) telah memiliki program strategis dalam pelaksanaan pelatihan dan pendidikan vokasi.
Baca Juga:
Pacu Kesiapan IKM Terapkan Teknologi Digital, Kemenperin Gelar Workshop INDI 4.0
“Kami telah mengadaptasi kurikulum, menyediakan infrastruktur yang sesuai, memperkuat sistem sertifikasi keterampilan, mengembangkan fasilitas pengajaran, meningkatkan keterampilan staf pengajar, dan menyediakan staf pengajar di tempat kerja,” tutur Kepala BPSDMI Masrokhan.
Sementara itu, unit pendidikan vokasi di bawah binaan BPSDMI Kemenperin yang fokus terhadap penyediaan SDM industri tekstil yang unggul, yaitu AK-Tekstil Solo. Kampus ini menyelenggarakan program pendidikan setara Diploma II, yang terdiri dari tiga program studi, yakni Teknik Pembuatan Benang, Teknik Pembuatan Kain dan Teknik Pembuatan Garmen.
Beberapa waktu lalu, AK-Tekstil Solo menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Temu Mitra Industri” yang membahas mengenai perkembangan kurikulum, monitoring dan evaluasi hasil kerja sama, serta optimalisasi penyerapan SDM yang berkualitas.
“Melalui pertemuan mitra industri ini, diharapkan mampu untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan industri serta menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap bekerja di industri, khususnya sektor TPT,” papar Masrokhan. Demikian dilansir dari laman kemenperingoid, Senin (28/8).
[Redaktur: JP Sianturi]