“Penggunaan sagu sebagai bahan baku produk pangan sangat luas, di antaranya beras analog, mi instan, dan pemanis. Selain itu, sagu juga dapat dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol, biogas dan plastik biodegradable,” sebut Putu.
Potensi pengembangan yang sangat luas ini membutuhkan kerja sama semua pemangku kepentingan. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan industri sagu antara lain penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan infrastruktur, kegiatan promosi, dan menarik investor baru.
Baca Juga:
Kemenperin Dorong Penyerapan Batik IKM Jadi Seragam Jemaah Haji
Direktorat Jenderal Industri Agro telah menyusun rencana aksi pengembangan industri sagu tahun 2023. Fokus rencana aksi dimulai dengan penyusunan pohon industri sagu, pemetaan produksi sagu dan pati sagu, pemetaan potensi kebutuhan sagu, hingga promosi investasi industri pengolahan sagu secara inklusif.
Sementara itu, industri cokelat artisan di Indonesia juga memiliki potensi yang besar untuk dioptimalkan. Saat ini terdapat 31 cokelat artisan dengan kapasitas terpasang 1.242 ton per tahun dan market share mencapai 1,3% dari 10% potensi pasar cokelat Indonesia. Angka ini masih memiliki potensi untuk ditingkatkan, mengingat tren di pasar cokelat yang semakin memprioritaskan kualitas produk cokelat.
Putu menyampaikan bahwa potensi pengembangan cokelat artisan ini masih terbuka. Pasalnya, industri cokelat artisan didukung oleh keberadaan Indonesia di khatulistiwa, yang merupakan tempat ideal bagi tumbuhnya tanaman kakao. Saat ini, terdapat 16 lokasi biji kakao premium yang mempunyai keunikan cita rasa dan cerita yang berbeda dari masing – masing daerah untuk dibagikan kepada para konsumen.
Baca Juga:
Pacu Kesiapan IKM Terapkan Teknologi Digital, Kemenperin Gelar Workshop INDI 4.0
“Cokelat artisan merupakan salah satu produk hilir kakao yang dibuat dair biji kakao kualitas premium dan melalui tahap proses produksi secara khusus sehingga menghasilkan produk cokelat berkualitas tinggi dan cita rasa yang khas. Selain itu, produk ini menyajikan story telling yang menarik bagi konsumen dan masih terdapat 600 cita rasa cokelat di Indonesia yang perlu diekplorasi oleh pelaku usaha” Putu menjelaskan.
Industri Cokelat Artisan di Indonesia saat ini diarahkan untuk mengusung konsep bean to bar yang sangat memperhatikan kualitas bahan baku kakaonya.
Beberapa cokelat artisan Indonesia bahkan sudah mulai masuk tahapan craft chocolate dengan menggunakan biji kakao fermentasi 100% yang mempunyai varietas langka atau unik, sehingga menghasilkan profil rasa, secondary flavour dan aroma yang khas dari biji kakaonya.