Dengan aset yang sudah terpilih, tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengalokasikan dana secara proporsional dan strategis.
Alokasi Dana dan Diversifikasi: Tidak All-In di Satu Arah
Baca Juga:
Waspada Impermanent Loss, Kerugian Kripto yang Bisa Diminimalisir!
Investor cerdas tidak menaruh seluruh dananya pada satu koin atau satu waktu pembelian. Mereka memperhitungkan alokasi dana secara strategis—baik antar aset maupun dalam konteks keseluruhan portofolio.
Sebagai contoh, ada yang memilih proporsi 70% BTC dan 30% ETH karena lebih menyukai stabilitas Bitcoin. Yang lain mungkin memilih 60:40 jika merasa lebih optimis terhadap pertumbuhan Ethereum. Beberapa bahkan menyisihkan sebagian kecil untuk stablecoin sebagai buffer saat harga anjlok.
Selain itu, mereka juga memperhitungkan berapa persen porsi kripto dalam total kekayaan mereka. Biasanya, investor bijak tidak mengalokasikan lebih dari 10–20% dari total aset bersihnya ke kripto, agar tidak terpapar risiko berlebihan.
Baca Juga:
Wamenkeu Suahasil: Pemerintah Fokus Jaga Strategi Jangka Menengah-Panjang Ditengah Ketidakpastian Global
Pendekatan ini tidak hanya meminimalkan risiko, tetapi juga memberikan fleksibilitas dalam menyesuaikan strategi saat situasi berubah. Namun, sebaik apa pun perhitungan, strategi tetap bisa gagal jika emosi tidak terkontrol.
Mengelola Emosi & Konsistensi: Hal yang Sering Diremehkan
Banyak investor gagal bukan karena strategi yang buruk, tetapi karena psikologi yang rapuh. Investor cerdas tahu bahwa pasar kripto bisa naik-turun drastis dalam waktu singkat. Mereka tidak panik ketika portofolionya merah, dan tidak serakah saat angkanya hijau menyala.