Perilaku belanja juga berubah dengan semakin banyaknya penggunaan teknologi dan peningkatan permintaan akan pengalaman belanja yang lebih baik.
Untuk produk teknologi seperti smartphone dan elektronik, 71% konsumen bersedia membayar lebih demi kualitas yang lebih tahan lama.
Baca Juga:
Kemenkeu Tunda Kenaikan Cukai Rokok, YLKI: Risiko Besar bagi Kesehatan Masyarakat
Di sektor barang konsumsi cepat (FMCG), konsumen menjadi lebih eksperimental, dengan 50,1% di antaranya mencoba lebih banyak variasi produk untuk makanan ringan dan kecantikan.
Meskipun ada banyak pilihan produk dan penawaran diskon, konsumen menjadi lebih selektif dalam memilih merek agar tetap bisa menjaga anggaran belanja mereka.
Dena Firmayuansyah, FMCG Commercial Leader di NIQ Indonesia, menyoroti pentingnya memantau perilaku belanja konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi.
Baca Juga:
Internet Ilegal Tidak Menjamin Perlindungan Konsumen, BPKN: Pilih yang Berizin!
Ia menyebutkan bahwa meskipun pengeluaran tetap berjalan, konsumen mungkin akan lebih hati-hati dalam mengambil keputusan keuangan jangka panjang.
Strategi yang efektif, menurutnya, meliputi penyediaan produk yang terjangkau namun tetap bernilai, penggunaan teknologi untuk personalisasi, serta penawaran produk premium yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
"Di tengah persaingan yang semakin ketat menjelang 2025, industri harus bisa menyeimbangkan antara harga terjangkau dan kualitas, sambil memanfaatkan teknologi untuk menjangkau konsumen yang semakin melek digital," tutupnya.