WahanaNews.co, Jakarta - Eskalasi ketegangan di wilayah Timur Tengah semakin meningkat. Baru-baru ini, pasukan militer dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan di beberapa lokasi di Yaman sebagai respons terhadap aktivitas milisi Houthi di Laut Merah.
Peningkatan ketegangan di Laut Merah telah mengakibatkan gangguan dalam rantai pasok global. Perusahaan pengangkutan global terpaksa mengubah jalur pelayaran mereka untuk menghindari dampak konflik tersebut.
Baca Juga:
Prabowo Subianto Sambangi Gedung Putih, Rayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik dengan AS
Perkembangan konflik ini juga menarik perhatian Bank Indonesia (BI). Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan terhadap konflik dan dampaknya terhadap rantai pasok global.
"Kami akan terus memantau dampaknya terhadap global supply chain," kata dia, dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Hingga saat ini, Perry menyatakan bahwa peningkatan konflik di Laut Merah belum menghasilkan dampak signifikan pada rantai pasok. Oleh karena itu, bank sentral berpendapat bahwa konflik tersebut belum mempengaruhi tingkat inflasi nasional.
Baca Juga:
Demokrat Tuding Keputusan Biden sebagai Penyebab Kegagalan Harris Hadapi Trump
Meskipun demikian, BI belum dapat memastikan hal tersebut. Perry menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengawasi perkembangan konflik dan tetap waspada terhadap berbagai risiko yang mungkin timbul akibat eskalasi tersebut.
"Dampak kepada supply chain-nya belum kelihatan tapi tentu saja kami terus akan mewaspadai eskalasinya seperti apa," ujarnya.
"Dampak terhadap harga belum ada dan kareananya dampak terhadap inflasinya kami belum melihat," sambungnya.