WahanaNews.co | Kebijakan larangan ekspor mineral mentah dan hilirisasi pertambangan yang dijalankan oleh pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendapat berbagai macam pertentangan. Baru-baru ini, Dana Moneter Internasional (IMF) meminta agar program tersebut dihapus secara bertahap.
Sebelumnya, kebijakan hilirisasi dan larangan ekspor nikel juga menghadapi penolakan dari Uni Eropa. Bahkan, Uni Eropa mengajukan gugatan terhadap kebijakan tersebut ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pada tahun 2022, Indonesia dikalahkan dalam gugatan tersebut.
Baca Juga:
China Serukan Reformasi Kuota IMF
Menanggapi berbagai pertentangan terhadap kebijakan itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, meskipun program hilirisasi pertambangan Indonesia mendapat banyak keraguan dan tantangan, namun dalam setiap kunjungan ke beberapa negara mitra dan negara sahabat, program itu meraih apresiasi dan pujian.
"Seperti halnya juga terjadi pada saat saya mendampingi Presiden Jokowi ke Australia beberapa hari yang lalu, mulai dari Perdana Menteri Anthony Albanese sampai Menteri Industri Australia pun mengakui dan melihat bahwa Indonesia sudah sangat maju perekonomiannya karena tetap teguh dan fokus pada program hilirisasi pertambangan," ungkap Luhut dalam akun resmi Instagramnya, Kamis (6/7/2023).
Mengutip CNBC Indonesia, Luhut juga mengatakan, bahwa selain kunjungan ke Australia, pihaknya juga melakukan lawatan ke Papua New Guinea (PNG) untuk membuka peluang kerjasama ekonomi.
Baca Juga:
Uni Emirat Arab Keluar dari 'Daftar Abu-abu' FATF Setelah Reformasi Sukses
"Dan sekali lagi, hilirisasi mineral jadi fokus kerjasama bilateral kedua negara, karena PNG juga melihat potensi besar program ini untuk mengentaskan kemiskinan di sana. Untuk itulah, Presiden Jokowi dan Prime Minister James Marape sepakat membentuk task force untuk menindaklanjuti hal ini," sebutnya.
Luhut menilai, kemungkinan, di mata negara-negara maju dan institusi internasional, program hilirisasi mineral Indonesia tidak berarti apa-apa. Tetapi baginya, hilirisasi merupakan legacy terbaik dari Presiden Joko Widodo yang diberikan untuk generasi penerus bangsa dalam 20 atau bahkan 50 tahun ke depan.
"Saya ingin anak-anak muda Indonesia punya semangat untuk tidak gentar terhadap semua tekanan yang diberikan kepada bangsamu," katanya.