“Dari perspektif ekonomi, sepertinya China membuang bayi dengan air mandi dengan terus mengunci populasinya untuk kasus yang lebih rendah,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Minyak juga berada di bawah tekanan dari dolar yang kuat, yang mencapai tertinggi multi-tahun di tengah kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga dan eskalasi perang Ukraina.
Baca Juga:
Dunia Dilanda Krisis Energi, 700 Juta Orang Tidak Menikmati Listrik
Dolar yang kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain dan cenderung membebani selera risiko.
Namun, kerugian dibatasi oleh pasar yang ketat dan keputusan minggu lalu oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, untuk menurunkan target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari.[rsy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.