WahanaNews.co | Harga minyak dunia terjerembab ke level terendah sejak Januari 2022, jauh sebelum perang Rusia-Ukraina terjadi. Saat ini, minyak mentah WTI US$81,94 per barel, sedangkan minyak berjangka Brent dibanderol US$88 per barel.
Masing-masing harga acuan kontrak minyak berjangka itu tercatat turun 5,7 persen untuk pengiriman WTI pada Oktober dan anjlok 5,2 persen untuk pengiriman Brent di November.
Baca Juga:
Dunia Dilanda Krisis Energi, 700 Juta Orang Tidak Menikmati Listrik
Analis Price Futures Group Phil Flynn mengatakan penurunan harga minyak dunia terjadi karena para pedagang khawatir terhadap kebijakan moneter ketat dari berbagai bank sentral di dunia. Diketahui, banyak bank sentral berencana meningkatkan suku bunga acuannya.
Kekhawatirannya, hal tersebut akan memicu perlambatan ekonomi dan mempengaruhi pemulihan ekonomi setelah pandemi covid-19. Ujung-ujungnya, potensi resesi ekonomi bukan sekadar isapan jempol.
Jika hal itu benar terjadi, tentu permintaan terhadap BBM akan tertekan.
Baca Juga:
Gegara Ini, Amerika Serius Segera Menghukum Arab Saudi
"Pasar mendasarkan kekhawatirannya tentang apa yang akan terjadi karena harga energi yang meningkat tajam di Eropa. Di sisi lain, permintaan BBM melambat di Eropa," ujarnya, seperti dilansir Antara, Kamis (8/9).
Apalagi, China tengah menerapkan penguncian wilayah (lockdown) dalam upaya zero covid-19. Masalahnya, kebijakan ini membatasi mobilitas masyarakat dan kegiatan bisnis yang menambah kekhawatiran pasar karena penurunan permintaan impor minyak mentah dari Negeri Tirai Bambu.
Sementara itu, pada awal pekan ini, OPEC dan sekutunya atau dikenal OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak mentah hingga 100 ribu barel per hari pada Oktober nanti.