Dia menambahkan bahwa sinyal kesediaan China untuk merestrukturisasi utang sudah diperoleh saat kunjungannya ke Beijing tiga bulan lalu dan kini hanya tinggal menunggu mekanisme formal untuk dimulai.
Sebelumnya, kondisi keuangan KCIC dikabarkan berada dalam tekanan berat karena pendapatan dari tiket jutaan penumpang Whoosh belum mampu menutupi cicilan utang, bunga, dan biaya operasional yang sangat tinggi.
Baca Juga:
Luhut: Whoosh Bukti Kemandirian, Utang Bukan Alasan Menghentikan Langkah Besar
Beban finansial itu berujung pada catatan kerugian triliunan rupiah yang sebagian besar harus ditanggung oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemegang saham mayoritas dalam konsorsium BUMN melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Laporan keuangan PSBI per 30 Juni 2025 (unaudited) menunjukkan kerugian sebesar Rp 1,625 triliun hanya dalam paruh pertama 2025, sementara sepanjang 2024 kerugian mencapai Rp 4,195 triliun.
Dari total kerugian tersebut, KAI yang menguasai 58,53 persen saham PSBI menanggung kerugian lebih dari separuh yakni Rp 951,48 miliar pada semester I-2025 dan Rp 2,24 triliun sepanjang 2024.
Baca Juga:
Pemerintah Siapkan Skema Penyelesaian Utang Whoosh Tanpa Ganggu Ekonomi
Sisanya ditanggung oleh anggota konsorsium lainnya seperti Wika sebesar 33,36 persen, Jasa Marga 7,08 persen, dan PTPN VIII sebanyak 1,03 persen yang semuanya turut terkena dampak dari beban keuangan Whoosh.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.