Adapun sejumlah daerahnya, ungkap Suwandi, ada di Sumatera Selatan, Sebagian Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Suwandi mengungkap berbagai persiapan tengah dilakukan. Dia menargetkan bulan depan proses pengubahan lahan rawa menjadi sawah sudah dinulai.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Ajak KTT G20 Entaskan Kelaparan, Mentan Amran Gerak Cepat Bentuk Brigade Swasembada Pangan
"Tapi kalau yang proses produksi petani, kita dorong dari sekarang. Pokoknya ada air langsung tanam ini.. Sudah mulai nyiapin bibitnya, pupuknya. Pokoknya November ini sudah mulai gerak, sebelah utara khatulistiwa kan air sudah cukup, yang selatan katulistiwa ini bulan November sudah mulai bergerak tanam. Sudah banyak petani bergerak mengolah lahan," ungkapnya.
Sebagai informasi, disulapnya lahan rawa menjadi sawah pernah dilakukan Amran pada masa jabatannya periode 2014-2018. Pada pemberitaan detikcom pada Oktober 2018, Amran Sulaiman mengatakan lahan rawa merupakan solusi baru untuk produksi pangan nasional. Ia menyebut lahan rawa yang dimanfaatkan di Kalsel menjadi obat paceklik.
"Saya melihat, yang kita inginkan di sini adalah ada solusi baru untuk pangan Indonesia. Kami bangun di lahan rawa ini ada inovasi baru. Ini pesan terpenting dari pelaksanaan Hari Pangan Sedunia tahun ini. Termanfaatkannya lahan rawa di Kalimantan Selatan ini, menjadi obatnya paceklik," kata Amran dalam keterangan tertulis, Selasa (16/10/2018).
Baca Juga:
Mentan Andi Amran Ungkap Arahan Swasembada Pangan
Kala itu dia juga menyebut ada potensi 10 juta ha yang bisa ditanami padi atau menjadi sawah. Dengan begitu produksi bisa bertambah.
"Apabila digarap 10 juta hektar saja yang tersebar di Sumsel, Kalsel, Jambi dan Kalbar, ditanam minimal dua kali setahun, dengan produktivitas 6 ton per hektar, akan menghasilkan padi 120 juta ton setara 60 juta ton beras. Beras surplus bahkan bisa memasok kebutuhan dunia," terang Amran, Selasa (6/11/2018).
Amran menjelaskan pemanfaatan lahan rawa harus dengan prinsip sustainable agriculture, dikerjakan dengan full mekanisasi dan pola mina padi sehingga dapat menghemat Rp 15 juta per hektar, dari biaya cetak sawah Rp 19 juta menjadi Rp 4 juta per hektar. Pemerintah kabupaten mendukung biaya bahan bakar.