Menurut Posma, materi-materi dalam TPOMI sangat relevan dan praktis, bisa diaplikasikan oleh semua level pekerja pabrik sawit, dari staf hingga pemilik.
Bahasannya pun komplet, mulai dari teknis, strategis, sertifikasi, aturan ISPO, hingga isu karbon dan keberlanjutan.
Baca Juga:
Kasus Korupsi Tata Kelola Sawit, Jaksa Agung Sebut Ada Pejabat KLHK yang Terjerat
Salah satu topik panas yang akan dibahas adalah pengolahan limbah tanpa sisa. Tiga penyedia teknologi akan mempresentasikan konsep zero waste mill, yang diharapkan menjadi solusi efisiensi dan ramah lingkungan bagi industri PKS (Pabrik Kelapa Sawit).
TPOMI juga bakal jadi ajang berbagi praktik terbaik dari para eksekutif perusahaan sawit papan atas di Indonesia, termasuk bagaimana continuous improvement bisa mengubah wajah operasional PKS menjadi lebih efektif dan minim loss.
“Salah satu yang selalu jadi sumber konflik antara orang kebun dan pabrik itu soal rendemen. Kalau rendah, kebun nuduh pabrik, pabrik balik nuduh kebun,” ujar Hendra sambil tertawa.
Baca Juga:
Permudah Akses Masyarakat Menuju Areal Pertanian, Pemdes Simanosor Bangun Jalan Sepanjang 2,4 KM
Ia menjelaskan bahwa pabrik memang tak bisa meningkatkan rendemen, karena minyak terbentuk di kebun. Tapi, pabrik bisa menurunkan rendemen jika pengelolaan buruk.
Karena itu, P3PI mendorong adopsi Total Productive Maintenance (TPM), konsep efisiensi Jepang yang telah mulai diterapkan di sejumlah PKS dalam enam tahun terakhir.
Selain CPO, PKS juga menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO), yang kini nilainya hampir menyamai CPO. Dulu PKO hanya separuh harga CPO, tapi kini menjadi sumber profit tambahan.