Tantangan lain yang juga harus dihadapi bank digital adalah inovasi. Promosi menjadi bagian penting untuk menggaet nasabah bank digital, tapi jika itu dilakukan tanpa terukur hanya akan membakar uang perusahaan.
"Itu kelihatan sekali pada saat ramai-ramai orang buka e-money, begitu ada diskon dia ambil. Akhirnya data (nasabah yang dikoleksi) jadi sampah begitu enggak diskon. Bakar duit tapi enggak berhasil," tambahnya.
Baca Juga:
Pelindungan Konsumen Sistem Pembayaran
Aviliani memandang tren bank digital akan lebih banyak digunakan untuk transaksi ritel. Sementara transaksi skala besar seperti pembiayaan korporasi dan investasi, masih akan dikuasai oleh bank konvensional.
Salah satu alasannya, karena yang memegang uang lebih banyak saat ini adalah konsumen baby boomers atau 50 tahun ke atas. Rata-rata dari mereka gagap teknologi dan cenderung ingin dilayani perihal perbankan. Di sinilah, kata dia, bank konvensional masih memegang peranan penting.
Dalam kesempatan yang sama, Komisaris PT Bank Jago Tbk (ARTO) Anika Faisal mengatakan promosi dan marketing sangat diperlukan bagi bank baru. Tapi, harus dilakukan seimbang dengan hasil yang ingin dicapai.
Baca Juga:
Menuju Satu Dekade Memberi Manfaat, Pemerintah Terus Dorong KUR untuk Usaha Produktif
Sebagai pemain di bank digital, Bank Jago akan mengedukasi nasabah bahwa di balik kemudahan dan kenyamanan yang didapat ada harganya.
"Kalau ada promo tapi rempong, belum tentu juga nasabah mau. Kompetisinya harus di-drive dan bertanggung jawab mendidik customer. Jadi bukan short term. Sebagai pemain, kita punya tanggung jawab. Kita bukan e-commerce yang bakar-bakar uang tanpa ada sustainability," ujar Anika. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.