Jalur akuisisi dianggap lebih cepat, lebih efisien, dan mampu memberikan akses instan terhadap merek lokal yang sudah dikenal, jaringan distribusi yang sudah jadi, basis pelanggan yang sudah terbentuk, hingga fasilitas produksi yang sudah beroperasi. Melalui akuisisi, perusahaan asing dapat memotong biaya waktu memasuki pasar, sekaligus mengurangi risiko kegagalan penetrasi.
Dengan kata lain, fenomena akuisisi bukan hanya peristiwa transaksi, tetapi juga jendela untuk melihat bagaimana perusahaan global membaca masa depan ekonomi Indonesia. Itu sebabnya fenomena ini penting dipahami, karena efeknya tidak hanya terhadap korporasi, tetapi juga pada struktur kompetisi industri dalam negeri, konsumen, tenaga kerja, serta kebijakan ekonomi yang lebih luas.
Baca Juga:
Google Umumkan Akuisisi Perusahaan Keamanan Siber Wiz
Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, terdapat beberapa perusahaan AS yang melakukan akusisi perusahaan di Tanah Air.
Softex Indonesia
Pada Oktober 2020, produsen popok bayi Huggies asal AS, Kimberly-Clark Corp, yang tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE), resmi merampungkan akuisisi PT Softex Indonesia yang sebelumnya sudah diumumkan perusahaan pada 3 September silam.
Baca Juga:
Elon Musk Gagal Akuisisi OpenAI, Ini Alasan Penolakan Tegas dari Dewan Direksi
Akuisisi tersebut untuk mempercepat pertumbuhan Kimberly-Clark dengan pangsa pasar yang kuat dalam bisnis perawatan pribadi di negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara seperti Indonesia.
Dalam informasi sebelumnya, Kimberly-Clark, mengumumkan mencaplok perusahaan pembuat popok dan pembalut wanita ternama, Softex senilai US$ 1,2 miliar, atau sekitar Rp 17,64 triliun (kurs Rp 14.700/US$).
Akuisisi Kimberly-Clark tersebut akan dibayar secara tunai dan lewat utang, kepada sejumlah pemegang saham Softex, termasuk CVC Capital Partners Asia Pacific. Tujuannya untuk meningkatkan ekspansi perusahaan di Asia Tenggara.