Dia mencontohkan program yang dijalankan di Desa, Kalijaran Kabupaten Cilacap, yang melakukan pemanfaatan energi baru terbarukan untuk irigasi sawah.
Program itu tentunya dapat menyelesaikan persoalan kekurangan sumber air pada saat musim kemarau.
Baca Juga:
Pemerintah Apresiasi Peluncuran Fasilitas LNG Bali, Targetkan Efisiensi dan Kemandirian Energi
Hal ini, kata Fadjar, sejalan dengan pemanfaatan di Desa Pulau Semambu, Kabupaten Ogan Ilir yang membutuhkan sumber energi listrik lebih besar untuk pompa air sebagai alat bantu petani untuk bercocok tanam.
Kemudian di Desa Wisata Danau Shuji, Kabupaten Muara Enim, dan Desa Kampung Apar, Kota Pariaman, pemanfaatan energi terbarukan untuk menggerakkan beberapa kegiatan seperti hidroponik, produksi olahan herbal, dan pertanian organik.
Sedangkan di Desa Tanjung Karang, Kabupaten Aceh Tamiang digunakan sebagai sumber energi alternatif yang bersih, pada program Bengkel Doorsmeer Difabel.
Baca Juga:
Komitmen NZE: PLN dan PT TMM Sepakati Proyek PLTA 300 MW di Kalimantan Timur
Sebagai informasi, sejak dilaksanakan pada 2019, dari sisi lingkungan, Program Desa Energi Berdikari telah memberikan manfaat.
Di antaranya menghasilkan 143.250 WP energi Pembangit Listrik Tenaga Surya, 605.000m3/tahun energi Gas Metana & Biogas, 16.500 WP energi Hybrid Surya dan Angin, 8.000 Watt energi microhydro dan 6.500 liter/tahun biodiesel, serta pengurangan dampak emisi sebesar 565.896 tonCo2eq/ tahun.
Desa Energi Berdikari turut berperan dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat, serta memberikan dampak perekonomian bagi 3.061 Kepala Keluarga dengan total multiplier effect sebesar manfaat Rp1,8 milliar per tahun.