"Perusahaan UE dan G7 yang mundur dari Rusia sangat terbatas, (dan) menantang narasi bahwa ada eksodus besar-besaran perusahaan Barat yang meninggalkan pasar," kata Universitas St. Gallen dalam sebuah pernyataan.
Studi yang diterbitkan bulan lalu oleh Social Science Research Network (SSRN) online — penerbit studi "pra-cetak"- menunjukkan bahwa hanya kurang dari 10% perusahaan UE dan G7 dengan anak perusahaan Rusia yang telah hengkang.
Baca Juga:
Masuk Radar Strategis, Biak Jadi Incaran Negara Asing untuk Kepentingan Militer
Ketika Moskow meluncurkan invasinya ke Ukraina, studi tersebut mendata ada 1.404 perusahaan yang berbasis di UE dan G7 dengan total ada 2.405 anak perusahaan yang aktif di Rusia.
Pada akhir November, hanya 120 atau sekitar 8,5% dari perusahaan-perusahaan itu yang telah mendivestasi (keluar dari Rusia) dengan setidaknya satu anak perusahaan di Rusia.
Namun ada lebih banyak yang keluar seperti dikonfirmasi oleh perusahaan yang berkantor pusat di Amerika Serikat daripada yang berbasis di Eropa dan Jepang.
Baca Juga:
Rusia Ngamuk! 189 Drone Hancur, Su-27 Jatuh, dan Ratusan Tentara Ukraina Tewas Seketika
Tetapi bahkan dengan Amerika Serikat, penelitian menunjukkan hasilnya kurang dari 18% anak perusahaan AS yang beroperasi di Rusia telah sepenuhnya divestasi sejak invasi dimulai. Sebaliknya, 15% perusahaan Jepang dan hanya 8,3% perusahaan UE telah melakukan divestasi dari Rusia.
Dari mereka yang telah meninggalkan anak perusahaan di Rusia yakni 19,5% adalah Jerman dan 12,4% adalah milik AS, menurut penelitian tersebut.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Barat yang keluar hanya menyumbang 6,5% dari total laba sebelum pajak perusahaan UE dan G7 dengan operasi komersial aktif di Rusia.