WahanaNews.co | Nama Rachmat Kaimuddin (42) masih sangat populer saat ini.
Rachmat Kaimuddin kini memimpin PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Baca Juga:
Tingkatkan Kesejahteraan, Eks Napi Teroris Diberdayakan BNPT Bersama Bukalapak
Dalam setahun terakhir ini, Bukalapak memang dipimpin Rachmat Kaimuddin (42) sebagai Chief Executive Officer atau CEO.
Dia menggantikan Achmad Zaky, yang juga merupakan founder Bukalapak.
Rachmat Kaimuddin adalah orang baru di bisnis e-commerce.
Baca Juga:
Dituding Rugikan Sampai Rp 1 T, Bukalapak Digugat ke Pengadilan
Pria kelahiran Makassar, Ahad atau Minggu, 15 April 1979, itu baru menggeluti bisnis e-commerce dalam 2 tahun terakhir, di mana sebelumnya dia memimpin holding company dan perbankan.
Alumnus Massachusetts Institute of Technology (Bsc) dan Stanford Graduate School of Business (MBA) ini pun bercerita tentang Bukalapak, perusahaan bervaluasi 7,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 110,2 triliun (pemberitaan Forbes, Agustus 2021), saat berkunjung ke kantor media di Jalan Cenderawasih Nomor 430, Makassar, Sulsel, Senin (22/11/2021) siang lalu.
Dia hadir bersama Head of Communication and Sustainability Bukalapak, Herry Cahyono.
Rachmat Kaimuddin berkisah, sebelum bergabung di raksasa unicorn e-commerce global asal Indonesia ini, ibunya, Andi Harliah Patunru (66), bertanya soal pekerjaan barunya di perusahaan dangan 6,6 juta pelapak dan 8,7 juta Mitra Bukalapak itu.
Pelapak adalah individu atau kelompok orang yang menjual produknya di Bukalapak, sedangkan Mitra Bukalapak adalah penjual offline beberapa kategori produk yang ada di Bukalapak.
"Saya ini (ibarat) pengelola pasar-ji, Ma (mama). Yang atur ukuran lapak, jaga kebersihan pasar, atur biar transaksi pedagang dan pembeli tetap adil, dan tidak saling merugikan," kata Rachmat Kaimuddin, menjelaskan kerja barunya sebagai pengganti Achmad Zaky, CEO Bukalapak, per 2020 lalu.
Perumpamaan pengelola pusat transaksi pelapak atau "mandor pasar" ini digunakan putra ketiga dari empat saudara ini, sebab ibunya sejak awal tahun 1990-an menjadi single parent dengan jadi pedagang dan tukang cicil pakaian di kerabat, sahabat, dan tetangganya di Jalan Mappaouddang, Kecamatan Mamajang, selatan Kota Makassar.
Hingga sebelum pandemi, bisnis jualan pakaian itu masih dijalankan sang ibu dari rumah.
Kaimuddin Bausat, sang ayah, meninggal saat Rachmat Kaimuddin duduk di bangku kelas I SMP.
Ditinggal sang ayah sejak remaja, tak membuat Rachmat Kaimuddin putus semangat.
Setamat SMP, dia berangkat ke Magelang, Jawa Tengah, untuk sekolah di SMA Taruna Nusantara, salah satu sekolah terbaik di Indonesia.
Dia menjadi siswa/taruna selama 3 tahun, 1994 hingga 1997, dan ternyata seangkatan dengan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (TN 5).
Ia tercatat pernah mewakili Indonesia dalam ajang Olimpiade Kimia Internasional (/IChO) di Vancouver, Kanada.
Kelak, ia dipercaya oleh almamaternya sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara (Ikastara) periode 2014-2017.
Setelah tamat SMA, dia berangkat ke Amerika Serikat untuk kuliah S1 hingga S2.
Lulus kuliah pada 2001, Rachmat Kaimuddin awalnya bekerja sebagai insinyur desain perangkat keras selama setahun di Teradyne Inc, Amerika Serikat (AS).
Pada 2003, ia pulang ke Indonesia dan menjadi senior associate di firma manajemen konsultan Boston Consulting Group untuk kawasan Asia Tenggara selama tiga tahun.
Saat tengah mengambil kuliah MBA di AS, ia mulai tertarik dengan dunia investasi.
Pada 2007, ia mengikuti program magang musim panas International Finance Corporation (IFC) World Bank di Jakarta.
Rachmat Kaimuddin menjabat sebagai Principal Quvat Management sejak 2008 hingga 2011 dan Chief Financial Officer (CFO) PT Cardig Air Services Indonesia sejak 2009 hingga 2011.
Selama setahun berikutnya, ia menempati posisi Group CFO PT Amstelco Indonesia Tbk.
Pada 2012, Rachmat Kaimuddin dipercaya menjadi Penasihat Dewan Direksi PT Toba Bara Sejahtera Tbk.
Dari 2012 hingga 2014, ia duduk sebagai Wakil Presiden Baring Private Equity Asia, perusahaan ekuitas privat yang relatif baru beroperasi di Indonesia.
Di posisinya, ia bertanggung jawab mencari berbagai peluang investasi di Indonesia dan menjaga hubungan antara Baring dan perusahaan portofolionya.
Setelah itu, ia bergabung dengan perusahaan Bosowa Corp, milik Aksa Mahmud, sejak Juni 2014 hingga Juni 2018.
Selama di Bosowa, ia menjadi Direktur PT Bosowa Corporindo.
Ia juga merangkap sebagai Komisaris Bank Bukopin dan Managing Director PT Semen Bosowa Maros (sejak November 2016).
Pada Mei 2018, setelah empat tahun menjabat Komisaris Bank Bukopin, ia dipromosikan menjadi Direktur Keuangan dan Perencanaan.
Menurut pemberitaan media, ia dilirik oleh para pemegang saham untuk masuk jajaran direksi karena dianggap berhasil menjaga arah Bank Bukopin selama menjabat komisaris.
Ia merupakan yang termuda di antara direktur lainnya, dan media pun menyebut kehadirannya "menjadi darah segar".
Seiring masuknya Rachmat Kaimuddin, Bank Bukopin melakukan fundraising Rp 1,5 triliun melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Fundraising ini membuat KB Kookmin, Bank asal Korea Selatan, tertarik menjadi salah satu pemegang saham utama.
Tantangan di Bukalapak
Rachmat Kaimuddin juga bercerita tentang tantangan baru jabatannya setelah Bukalapak resmi melantai di bursa efek Indonesia, atau Initial Public Offering (IPO), awal Agustus 2021 lalu.
Dia menjelaskan, hingga Juni 2021, perusahaan yang dia kelola sudah bermitra dengan 8,7 juta pelapak level UMKM di Indonesia.
Sejak IPO, Bukalapak tercatat sabagai perusahaan unicorn pertama di Indonesia yang melantai di bursa.
Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, saat IPO di BEI, mengatakan, BUKA adalah perusahaan startup teknologi unicorn pertama yang tercatat di BEI.
Bahkan, kata Inarno Djajadi, belum pernah ada perusahaan yang mampu menghimpun dana sebesar BUKA.
“Dengan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp 21,9 triliun, menjadikan IPO Bukalapak sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham Indonesia,” kata Djajadi.
Bukalapak kini terus mendapat tingkat kepercayaan yang cukup tinggi dari para investor, terhadap pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. [dhn]