WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kekhawatiran mulai bermunculan di kalangan pelaku usaha dan pengamat ekonomi soal dampak kebijakan tarif impor Amerika Serikat terhadap produk asal China.
Kebijakan ini bukan hanya memukul daya saing Beijing di pasar AS, tapi juga membuka peluang limpahan produk murah ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baca Juga:
Etihad Buka Penerbangan Medan–Abu Dhabi, MARTABAT Prabowo-Gibran Sebut Kawasan Mebidang Semakin Mendunia
Selasa (22/7/2025), Head of Corporate Banking UOB, Edwin Kadir, menyampaikan kekhawatirannya bahwa banjir produk China ke pasar domestik bukan sekadar isu spekulatif, tetapi sudah mulai menunjukkan gejala nyata.
"Indonesia menjadi salah satu target utama karena dianggap menjanjikan sebagai lokasi distribusi produk massal," ujar Edwin dalam forum diskusi UOB Media Editor Circle.
Amerika Serikat saat ini memberlakukan tarif impor terhadap produk China sebesar 30 persen. Sebelumnya, tarif sempat menyentuh angka 145 persen dalam putaran negosiasi sebelumnya.
Baca Juga:
Jokowi Masuk Daftar 22 Tokoh Dunia Anggota Dewan Penasihat Global Bloomberg New Economy
Kondisi ini membuat produsen China terdesak mencari alternatif pasar yang lebih terbuka dan strategis.
Indonesia, dengan pasar konsumsi yang besar dan biaya distribusi relatif rendah, menjadi salah satu sasaran utama.
Edwin menilai, situasi ini sebenarnya bisa dimanfaatkan jika Indonesia mampu mengelola banjir produk dengan memperkuat sektor produksinya sendiri.