WahanaNews.co, Budapest -
Kementerian Perdagangan RI, melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Budapest, mengajak pelaku usaha Hungaria untuk menghadiri Trade Expo Indonesia pada 15-19 Oktober 2025 mendatang di Kabupaten Tangerang, Banten.
Ajakan ini disampaikan dalam Indonesia–Hungary Business Forum 2025 di Kantor Kamar Dagang dan Industri Budapest (Budapesti Kereskedelmi és Iparkamara/BKIK), Budapest, Hungaria pada Selasa, 16 September 2025.
Baca Juga:
“Where Spices Tell Stories”, Misi Dagang Rempah ke Belanda Bukukan Potensi Transaksi Rp239,4 Miliar
Kepala ITPC Budapest Suci Mahanani mengungkapkan, TEI 2025 dapat menjadi ajang strategis untuk
memperluas jejaring bisnis, menemukan mitra dagang baru, serta menjajaki peluang investasi di
Indonesia.
“TEI menjadi momentum strategis untuk memperluas jejaring bisnis. Kami mengundang seluruh pelaku usaha Hungaria untuk hadir, berpartisipasi langsung, serta menjalin kontak dagang dengan pelaku usaha Indonesia,” ujar Suci dalam sesi paparan peluang usaha.
Menurut Suci, partisipasi aktif pelaku usaha Hungaria di TEI 2025 dapat mempererat hubungan ekonomi Indonesia–Hungaria. Ia juga mengungkapkan, pameran dagang terbesar di Indonesia ini membuka peluang kerja sama baru di berbagai sektor strategis, mulai dari energi terbarukan, kesehatan, hingga industri kreatif.
Baca Juga:
Permintaan Tinggi dan Pasokan Terbatas Dorong Kenaikan HPE Konsentrat Tembaga Paruh Pertama November 2025
Ajakan ini diperkuat dengan testimoni pemilik Goahome Ltd Fred Novak, importir Hungaria yang mengimpor furnitur, dekorasi rumah dan kerajinan tangan asal Indonesia selama lebih dari 25 tahun. Novak menegaskan, kualitas dan keunggulan produk Indonesia yang telah terbukti mampu memenuhi kebutuhan pasar Hungaria.
Sesi paparan peluang usaha juga menghadirkan presentasi Kepala Indonesia Investment Promotion
Center (IIPC) London Siti Tiefrayani Fahlyah mengenai peluang investasi di Indonesia. Ia menyampaikan, sepanjang 2020–2025, tercatat investasi asing langsung (FDI) dari Hungaria ke Indonesia mencapai USD 179 juta, terutama pada sektor transportasi, pergudangan,
telekomunikasi, dan jasa lainnya.
“Indonesia tengah gencar mengembangkan alternatif energi ramah lingkungan, termasuk pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga angin. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mendorong transisi energi dan menciptakan iklim investasi yang berkelanjutan,” kata Siti.