WahanaNews.co | Ekonom senior Center Of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan masih ada kemungkinan Indonesia terkena dampak dari resesi global 2023.
Sebab, menurut Yusuf, dari kinerja perekonomian, juga data-data utama seperti penjualan retail, keyakinan konsumen dan juga indeks PMI manufaktur masih menunjukkan tren yang relatif baik.
Baca Juga:
Industri Kelapa Sawit Berperan Strategis bagi Perekonomian Indonesia
"Setidaknya sampai dengan data terakhir,” ujar dia saat dihubungi pada Selasa, 27 September 2022.
Namun, kata Yusuf, memang yang perlu diwaspadai adalah dampak yang diberikan dari pelemahan ekonomi global adalah turunnya harga komoditas.
Sebab, turunnya kinerja perekonomian negara-negara besar, maka permintaan terhadap produk-produk komoditas berpeluang untuk melandai atau berkurang dan mempengaruhi harga komoditas.
Baca Juga:
Pemerintah Luncurkan Satgas Jejaring Advokasi Inklusi Keuangan Digital Perempuan Untuk Percepat Inklusi Keuangan
Bagi Indonesia yang masih mengandalkan komoditas sebagai penggerak perekonomian, menurut dia, hal tersebut bukan kabar yang begitu baik.
Apalagi, Yusuf berujar, tahun ini terutama kenaikan harga komunitas menyumbang ke beberapa hal positif di perekonomian dalam negeri termasuk di dalamnya ke kinerja ekspor dan juga penerimaan negara.
“Sehingga dengan melambatnya harga komoditas, tentu peluang kinerja ekspor 2023 akan tertekan menjadi semakin besar. Di sisi lain penerimaan negara yang bersumber dari komunitas juga berpeluang melandai pertumbuhannya jika dibandingkan dengan kinerja pertumbuhan di tahun ini,” ucap Yusuf.
Selain itu, Yusuf juga menuturkan bahwa jebloknya harga komoditas juga akan mempengaruhi kinerja sektor usaha.
Sejumlah sektor usaha yang pangsa pasarnya banyak bergantung terhadap harga acuan global tentu akan merasakan dampak dari proyeksi resesi ekonomi di 2023 nanti.
Yusuf mencontohkan, sektor lapangan usaha industri CPO dan produk turunannya bakal terpukul jika harga komoditas akan melandai.
Hal ini juga akan mempengaruhi kinerja dari subsektor lapangan usaha ini.
Selain itu, kinerja dari sektor pertambangan bakal terimbas karena harga produk tambang berpotensi tidak akan setinggi tahun ini.
“Namun dengan asumsi mobilitas penduduk di tahun depan tidak lagi terpengaruh dengan adanya covid-19, ada beberapa sektor yang tadinya menggantungkan penjualan ataupun kinerja mereka dari pangsa pasar global bisa switch ke pangsa pasar domestik,” ucap Yusuf. [rin]