Dalam konteks ekonomi, ISO adalah instrumen untuk meningkatkan kredibilitas dan efisiensi operasional.
Di Indonesia sendiri, berbagai standar ISO telah banyak diadopsi, seperti ISO 9001 (manajemen mutu), ISO/IEC 17025 (laboratorium pengujian), ISO 28000 (manajemen keamanan rantai pasok), ISO 50001 (efisiensi energi), ISO 14001 (pengelolaan lingkungan), ISO 22000 (keamanan pangan), ISO/IEC 27001 (keamanan informasi), hingga ISO/TS 16949 yang spesifik untuk industri otomotif.
Baca Juga:
Perang Dunia Semakin Nyata, ALPERKLINAS Himbau Pemerintah dan PLN Antisipasi Serangan Siber Terhadap Sistem Kelistrikan Tanah Air
Masing-masing jenis ISO ini memberikan nilai tambah ekonomi yang berbeda.
Misalnya, ISO 9001 membantu perusahaan manufaktur menekan biaya sambil meningkatkan kepuasan pelanggan; ISO 50001 mengarah pada penghematan energi yang signifikan; sedangkan ISO 22000 menjadi krusial bagi bisnis pangan dalam memenuhi standar keamanan konsumen internasional.
Adopsi ISO tidak hanya mendorong efisiensi internal tetapi juga membuka akses ke pasar global.
Baca Juga:
Grup Facebook Inses Viral, Polisi Desak Warganet Hentikan Sebar Kontennya
Sertifikasi ini berfungsi sebagai paspor industri dalam persaingan internasional, karena memberikan sinyal kepada investor dan konsumen bahwa suatu perusahaan memiliki sistem manajemen yang kredibel dan adaptif terhadap perubahan.
Dalam jangka panjang, hal ini berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi perusahaan: menurunkan biaya produksi, meningkatkan kepercayaan pasar, dan menciptakan daya saing yang berkelanjutan.
Dengan demikian, implementasi standar ISO bukan sekadar bentuk kepatuhan teknis, melainkan keputusan strategis untuk membangun fondasi ekonomi yang kuat.