Sektor industri pengolahan mendominasi ekspor dengan kontribusi 80,00 persen, disusul
pertambangan dan lainnya (12,74 persen); migas (4,78 persen); serta pertanian (2,48 persen). Secara
kumulatif, ekspor pertanian naik tertinggi sebesar 34,33 persen (CtC). Ekspor industri pengolahan juga naik sebesar 17,02 persen, namun sektor pertambangan dan lainnya turun 23,70 persen serta migas turun 14,09 persen (CtC).
“Penurunan ekspor sektor pertambangan dan lainnya disebabkan oleh tren penurunan harga batu bara di pasar global,” ujar Mendag Busan.
Baca Juga:
Permintaan Tinggi dan Pasokan Terbatas Dorong Kenaikan HPE Konsentrat Tembaga Paruh Pertama November 2025
Mendag Busan memaparkan, Tiongkok, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas
dengan nilai total ketiga negara tersebut sebesar USD 83,52 miliar, atau 41,81 persen dari total ekspor
nonmigas nasional pada Januari—September 2025. Sementara itu, negara tujuan ekspor dengan
peningkatan tertinggi secara kumulatif antara lain Swiss dengan 228,88 persen; Bangladesh (41,98 persen); dan Singapura (36,81 persen) (CtC). Berdasarkan kawasannya, ekspor ke Afrika Barat mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 74,53 persen, diikuti Asia Tengah sebesar 60,17 persen dan Eropa Barat sebesar 52,40 persen.
Kinerja Impor Barang Modal secara Kumulatif Meningkat
Kinerja impor September 2025 tercatat sebesar USD 20,34 miliar, naik 4,42 persen (MoM) dan tumbuh 7,17 persen (YoY). Nilai impor September 2025 terdiri atas sektor migas sebesar USD 2,64 miliar dan nonmigas USD 17,70 miliar.
Baca Juga:
Mendag Busan: Kemendag Terus Perkuat Tiga Program Prioritas
“Secara kumulatif, impor Indonesia pada Januari–September 2025 mencapai USD 176,32 miliar atau
tumbuh 2,62 persen (CtC). Peningkatan ini didorong oleh impor nonmigas yang naik 5,17 persen,
sementara impor migas turun 11,21 persen (CtC),” ucap Mendag Busan.
Struktur impor pada Januari-September 2025 masih didominasi bahan baku/penolong dengan pangsa
70,55 persen, diikuti barang modal (20,36 persen) dan barang konsumsi (9,09 persen). Impor barang modal naik sebesar 19,13 persen. Namun, impor bahan baku atau penolong dan barang konsumsi turun, masing-masing sebesar 0,74 persen dan 2,06 persen (CtC).
“Saat ini, sekitar 70,55 persen impor merupakan bahan baku atau penolong, 20,36 persen merupakan
barang modal, dan hanya 9,09 persen yang berupa barang konsumsi,” kata Mendag Busan.
[Redaktur: Alpredo]