Seperti dilaporkan oleh Reuters pada Minggu (12/5/2024), tarif khusus untuk kendaraan listrik dari China dapat meningkat dari 25 persen menjadi 100 persen.
Kebijakan ini muncul sebagai respons terhadap penurunan harga mobil listrik China yang mengancam industri otomotif lokal, dan negara-negara industri termasuk AS dan sekutunya di Eropa khawatir akan dampak negatif dari ekspor China yang murah terhadap produksi domestik mereka.
Baca Juga:
Pertumbuhan Pesat Mobil Listrik di Indonesia: Saingi Thailand, Lewati Jepang!
Pemerintah AS juga khawatir bahwa produk energi ramah lingkungan dari China dapat merusak investasi besar-besaran dalam teknologi ramah lingkungan mereka.
Namun, rincian lengkap mengenai tarif ini dan sektor-sektor yang akan terpengaruh masih belum jelas, dan Gedung Putih belum memberikan komentar lebih lanjut.
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China mengkritik tarif baru AS sebagai gangguan serius pada hubungan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara, serta meminta Washington untuk membatalkan kebijakan tersebut.
Baca Juga:
Terus Perkuat Ekosistem EV, Komisi VII DPR RI Apresiasi Kinerja PLN
"Bukan memperbaiki praktik yang salah, AS malah terus memolitisasi masalah ekonomi dan perdagangan. Menaikkan tarif lebih lanjut hanya akan menambah kerugian," kata Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.