“Vietnam sebelumnya berada di persimpangan jalan dan inisiatif ini seharusnya dapat menjadi penentu langkah selanjutnya. Rencana energi Vietnam sudah ditunda dan direvisi lima kali dalam waktu dua tahun dan draf terakhir masih mengisyaratkan peran besar dari batu bara dalam peta jalan transisi energi."
"Dengan pembiayaan sebesar USD 15.5 miliar ini, Vietnam diharapkan dapat mengubah arah peta jalur transisi energinya dan meningkatkan bauran energi bersih terbarukan dan memprioritaskan penurunan bauran batu bara pada sistem ketenagalistrikannya,” ujar Achmed.
Baca Juga:
Bakamla RI dan VCG Perkuat Kerjasama Lewat Latihan SAR serta Olahraga Persahabatan
Batu bara masih mendominasi sistem ketenagalistrikan Vietnam dan pada tahun 2020, sekitar setengah dari kebutuhan listrik negeri naga biru berasal dari batu bara. Vietnam menyatakan bahwa mereka menargetkan untuk mencapai target nol emisi pada 2050 dan menandatangani komitmen Global Coal to Clean Power Transition di KTT Iklim COP 26 pada November 2021.
“Skema transisi berkeadilan sebesar USD 15.5 miliar ini dapat membantu Vietnam dalam mempercepat transisi keluar dari energi fosil batu bara. Namun, beberapa hal harus diperhatikan agar inisiatif ini dapat berjalan lancar, yaitu dengan memperhatikan aspek transparansi, akuntabilitas, dan inklusivitas.
Vietnam juga harus bisa merubah kebijakan energinya agar dapat segera keluar dari batu bara dan bertransisi menuju energi bersih terbarukan guna menghindari jebakan hutang dan kegagalan memangkas level emisi. Mereka juga harus berhenti mendukung solusi palsu dan mahal seperti energi gas dan advanced coal technology,” ujar Andri Prasetiyo, Peneliti di Trend Asia.
Baca Juga:
Terjangan Topan Super Yagi di Vietnam, 6 Orang Tewas akibat Tanah Longsor
Tentunya masih ada beberapa pekerjaan rumah yang perlu dilakukan Indonesia agar dapat memobilisasi JETP dengan baik dan menjadi contoh untuk negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Analisa yang dikeluarkan oleh Sustainable Fitch menunjukan bahwa harus ada keseimbangan antara penurunan (phase down) dari aset batu bara dan dukungan terhadap isu ketenagakerjaan dan ekonomi lokal. Hal ini juga akan mendorong peningkatan aktivitas pasar obligasi berwawasan Green, Social, Sustainable and Sustainability-linked (GSSS+).
Selain JETP, beberapa inisiatif pendanaan transisi energi berkeadilan lainnya juga dapat mempercepat proses dekarbonisasi kawasan Asia Tenggara. Inisiatif-inisiatif tersebut adalah Climate Investment Fund (CIF) dan Energy Transition Mechanism (ETM) yang diluncurkan oleh Asian Development Bank (ADB) dan World Bank. Filipina sudah teridentifikasi untuk mendapatkan pembiayaan melalui skema ETM.