WahanaNews.co, Singapura - Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri mendorong partisipasi aktif pelaku usaha, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dalam dinamika globalisasi saat ini, untuk bisa terlibat dalam rantai nilai global.
Hal tersebut diungkapkan Wamendag Roro saat menjadi pembicara dalam 2025 Milken Institute Asia Summit dengan topik “Can Globalization Be Great Again? Doing Business in a Changing World” di Singapura, Kamis (2/10).
Baca Juga:
Indonesia Dorong Penyelesaian Reviu AITIGA 2025 untuk Permudah Perdagangan ASEAN-India
“Globalisasi merupakan esensi keterhubungan antarnegara di seluruh dunia, dan perdagangan menjadi bagian penting yang memanfaatkan globalisasi. Meski dinamika geopolitik saat ini mendorong globalisasi ke arah multipolar, Indonesia tetap konsisten
membuka diri dan menjalin interaksi dengan dunia, sejalan dengan prinsip politik luar negeri kita,” ujar Roro.
Wamendag Roro mengungkapkan, Indonesia telah memperluas akses pasar melalui perjanjian Indonesia–Uni Eropa CEPA, Indonesia–Kanada CEPA (di Ottawa, 24 September 2025), serta Indonesia–Peru CEPA.
“Indonesia juga aktif menjajaki pasar nontradisional, termasuk di Afrika seperti Tunisia dan Mozambik, sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan globalisasi saat ini,” lanjut Wamendag Roro.
Baca Juga:
Indonesia Apresiasi Keterlibatan Dewan Bisnis Kanada-ASEAN dalam Memajukan ACAFTA
Menurut Wamendag Roro, Pemerintah terus hadir bagi masyarakat untuk membuka berbagai kesempatan agar bisnis di dalam negeri bisa berkembang, sekaligus menjaga pelaku usaha dalam negeri dari efek negatif globalisasi. Fokus kebijakan Pemerintah saat ini adalah hilirasi
baik di sektor industri, perkebunan, dan perikanan.
Hal ini dapat menjadi multiplier effect terhadap penciptaan lapangan kerja dan transfer pengetahuan dan teknologi. Wamendag Roro juga mengimbau agar pelaku usaha terus berinovasi dan berkomitmen pada standar baku internasional untuk perdagangan barang, sehingga pelaku usaha bersama pemerintah bisa bersama-sama membangun iklim bisnis yang baik untuk bisa menarik investasi.
Kemudian, Pemerintah Indonesia juga memperluas perdagangan jasa di berbagai sektor, termasuk ritel, niaga elektronik, logistik, keperawatan, perbankan, pariwisata, kuliner, desain, fesyen, dan konstruksi. Diversifikasi ini memastikan bahwa perekonomian dan perdagangan negara tidak hanya bergantung pada barang.