Kedua, inflasi Indonesia relatif terkendali dan lebih rendah dari beberapa negara lainnya. Inflasi tahunan Indonesia pada Juni 2024 senilai 2,51 persen (YoY) dan berada di bawah target pemerintah sebesar 3
persen.
“Indikator ketiga adalah neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatatkan surplus pada Juni 2024 sebesar USD 2,39 miliar. Surplus ini terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 4,43 miliar dan defisit migas sebesar USD 2,04 miliar. Surplus tersebut sekaligus melanjutkan tren surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” terang Wamendag Jerry.
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
Wamendag Jerry menjelaskan, secara kumulatif pada semester I-2024, neraca perdagangan Indonesia
mencatatkan surplus sebesar USD 15,45 miliar.
Surplus semester I-2024 ini terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD 25,55 miliar dan defisit migas sebesar USD 10,11 miliar. Surplus neraca perdagangan berarti nilai ekspor Indonesia lebih besar dibandingkan nilai impornya.
“Tiga indikator tersebut yang mengatakan kita harus yakin akan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Adapun indikator keempat adalah indeks daya saing Indonesia di mata global. Pada 2024, Indonesia menduduki peringkat ke-27 dalam indeks yang mengambil parameter dari performa ekonomi, pemerintahan, bisnis, dan infrastruktur. Peringkat tersebut lebih baik dibandingkan pada tahun
sebelumnya yang hanya menduduki peringkat ke-34,” tandas Wamendag.
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.