Hal sama juga dikatakan Duta Besar Kuba untuk PBB Yuri Gala. Ia menambahkan bahwa isolasi telah membuat logika AS terkait kemerdekaan Hak Asasi Manusia (HAM) yang selama ini didengungkan tidak masuk akal.
"Jika pemerintah AS benar-benar peduli pada kesejahteraan, hak asasi manusia, dan penentuan nasib sendiri rakyat Kuba, itu bisa mencabut embargo," katanya.
Baca Juga:
Sukseskan Pilkada 2024, Polres Subulussalam Berikan Pelatihan Kemampuan Sat Linmas
Mengutip Al-Jazeera, AS memberlakukan embargo pada tahun 1960. Hal itu menyusul revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro dan nasionalisasi properti milik warga negara dan perusahaan AS.
Dua tahun kemudian, tindakan yang melarang perdagangan antara kedua negara, di antara pembatasan lainnya, diperkuat. Selama itu hubungan AS dan Kuba renggang.
Ketika Obama menjadi presiden, ia mengambil langkah-langkah besar untuk meredakan ketegangan dengan Kuba selama masa jabatannya. Termasuk secara resmi memulihkan hubungan AS-Kuba dan melakukan kunjungan "bersejarah" ke Havana pada 2016.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
Namun, di era sesudahnya, saat Trump memimpin AS, ia membatalkan upaya semacam itu. Dirinya mengambil pendekatan yang lebih keras, meningkatkan sanksi dan mundur ke langkah normalisasi. [tum]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.