WAHANANEWS.CO, Jakarta - Bentrokan antara militer Kongo dan pasukan pemberontak March 23 Movement (M23) dihentikan setelah kedua pihak sepakat untuk gencatan senjata yang mulai berlaku pada Selasa (4/2/2025).
Reuters melaporkan M23 mengumumkan gencatan senjata pada Senin (3/2/2025) usai berhasil merebut Bandara Internasional Goma.
Baca Juga:
Krisis Air Bersih, Satgas Indo RDB Distribusikan Air Bersih Di Bumi Afrika
Dengan gencatan senjata ini, masyarakat pun bergegas menguburkan ribuan korban pertempuran sejak pekan lalu karena khawatir akan penyebaran penyakit.
Menurut Menteri Komunikasi Republik Demokratik Kongo Patrick Muyaya, lebih dari 2.000 orang meninggal dunia dalam bentrokan tersebut.
Sementara itu, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setidaknya 900 orang tewas dan nyaris 3.000 orang terluka karena pertempuran. Tidak jelas mengapa data korban tewas PBB dan pemerintah Kongo berbeda.
Baca Juga:
UNICEF Laporkan 230 Orang di Kongo Meninggal Karena Wabah Kolera
Meski sudah gencatan senjata, warga sipil Kongo masih diselimuti bahaya karena rumah sakit kewalahan merawat pasien dan kamar jenazah membludak.
Hari-hari tanpa listrik pekan lalu telah memengaruhi sistem pendingin di kamar jenazah. Tanah pemakaman juga sangat terbatas hingga palang merah di Goma tak yakin hendak menguburkan para korban di mana.
Masih banyak pula laporan mengenai orang-orang yang terjebak dalam baku tembak.
Kongo dilanda bentrokan antara militer dan kelompok M23 di Kota Goma, Kongo Timur, sejak akhir Januari. Bentrokan itu memanas sampai bandara di Goma berhasil dikuasai kelompok M23.
Konflik di Kongo Timur ini sebetulnya sudah berlangsung lama, terutama antara kelompok etnis Hutu dan Tutsi.
M23 sendiri merupakan kelompok bersenjata yang sebagian besar diisi oleh etnis Tutsi. Mereka memisahkan diri dari militer Kongo lebih dari 10 tahun lalu karena merasa pemerintah berkhianat soal perlindungan bagi etnis Tutsi.
Pemerintah Kongo menuduh Rwanda mendukung kelompok ini, diduga karena kepentingan di wilayah Kongo Timur yang kaya akan sumber daya alam seperti emas dan coltan.
Rwanda sudah membantah tuduhan tersebut. Hubungan Kongo dan Rwanda pun tegang karena ini.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]