WahanaNews.co | Pengadilan di Bangladesh menjatuhkan hukuman mati terhadap enam anggota kelompok militan Islam pada Selasa (31/8/2021) atas pembunuhan brutal terhadap dua aktivis hak-hak gay, lima tahun lalu.
Xulhaz Mannan, 35, editor majalah pertama Bangladesh untuk kaum gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ+), dan aktor Mahbub Rabbi Tonoy, 25, dibunuh hingga tewas di apartemen Mannan di ibu kota Dhaka pada April 2016 dalam sebuah serangan yang diklaim oleh Ansar Al Islam, cabang regional al Qaeda.
Baca Juga:
Skenario Spionase AS Lacak Pemimpin Al Qaeda di Kabul
Pembunuhan itu adalah bagian dari serangkaian serangan terhadap blogger ateis, akademisi, dan minoritas lainnya yang mengejutkan negara Asia Selatan berpenduduk 170 juta jiwa itu dan menyebabkan banyak orang bersembunyi atau melarikan diri ke luar negeri.
Jaksa penuntut umum, Golam Sarwar Khan, mengatakan, dari delapan terdakwa dalam kasus tersebut, enam dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan dijatuhi hukuman mati.
Khan mengatakan, pengadilan Anti-Terorisme Khusus juga menghukum enam orang yang tergabung dalam organisasi teroris, organisasi militan domestik yang diilhami Al Qaeda, Tim Ansar Ullah Bangla.
Baca Juga:
Pentolan Al Qaeda Ayman al Zawahiri Dihabisi Drone CIA di Afghanistan
Ini adalah kelompok yang polisi yakini bertanggung jawab atas pembunuhan lebih dari selusin aktivis sekuler dan blogger.
Pengacara pembela pria itu, Nazrul Islam, mengatakan, mereka akan mengajukan banding atas hukuman tersebut.
Pengadilan membebaskan dua terdakwa lainnya, yang buron dan diadili secara in absentia.
Dari enam orang yang dijatuhi hukuman mati, dua juga buron dan diadili secara in absentia.
Salah satunya adalah Syed Ziaul Haq, seorang mayor tentara yang dipecat, yang diyakini sebagai pemimpin kelompok dan dituduh mendalangi pembunuhan.
Adapun majalah milik Mannan, Roopbaan, tidak memiliki izin resmi untuk diterbitkan di Bangladesh, sebuah negara Muslim di mana hubungan sesama jenis adalah ilegal dan komunitas LGBTQ+ telah lama terpinggirkan.
"Kami senang dengan putusan itu. Setidaknya setelah sekian lama, kami mendapatkan keadilan," kata Shahanur Islam, seorang aktivis hak-hak gay.
"Tapi sebagai aktivis LGBT sekaligus aktivis anti hukuman mati, saya selalu lebih memilih hukuman seumur hidup... daripada hukuman mati," lanjutnya.
"Sekarang kita harus melihat langkah apa yang diambil pemerintah. Dua pelaku masih buron. Sekarang kita berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengeksekusi putusan setelah menangkap pelaku yang melarikan diri," tambahnya.
Antara 2013 dan 2016, serentetan serangan yang menargetkan aktivis sekuler dan minoritas agama diklaim oleh ISIS atau kelompok-kelompok yang terkait dengan al Qaeda.
Serangan paling serius terjadi pada Juli 2016, ketika orang-orang bersenjata menyerbu sebuah kafe di kawasan diplomatik Dhaka dan menewaskan 22 orang, kebanyakan dari mereka adalah orang asing.
Setelah pengepungan kafe, lebih dari 100 tersangka militan tewas dan ratusan lainnya ditangkap ketika pemerintah menindak kelompok-kelompok Islam karena berusaha mempertahankan citranya sebagai negara Muslim moderat. [dhn]