WahanaNews.co | Krisis ban melanda Korea Utara (Korut). Krisis ini memicu terganggunya bisnis pengiriman barang di negara itu.
Beberapa perusahaan ekspedisi hanya mampu mengoperasikan 50% armadanya.
Kekurangan ini diakibatkan penutupan perbatasan selama dua tahun dan larangan perdagangan dengan China karena virus corona (Covid-19), yang membuat Korut tidak memiliki kapasitas produksi ban yang mumpuni.
Baca Juga:
Memanas, Korea Selatan Serukan Pembunuhan Kim Jong Un
"Kekurangan ban telah terjadi di masa lalu, tetapi sangat sulit untuk menemukannya akhir-akhir ini, seperti yang terjadi selama Maret yang Sulit," ujar seorang sumber merujuk pada kelaparan dan keruntuhan ekonomi Korea Utara 1994-1998 yang menewaskan jutaan rakyat, mengutip Radio Free Asia,
"Pengemudi akan menggunakan ban yang sama sampai tapaknya aus dan mengkilat, jadi sudah menjadi kebiasaan untuk menggunakan kembali ban yang bocor atau sobek dengan meletakkan sepotong kecil tabung ban bekas di atasnya. Terkadang mereka harus dimiringkan karena ban yang mereka gunakan lebih besar atau lebih kecil dari spesifikasi kendaraan."
Pemandangan serupa juga dialami sebuah perusahaan di daerah Hongwon di dekat provinsi Hamgyong Selatan. Sebuah truk seberat 2,5 ton telah dikandangkan sejak musim gugur lalu. Selain krisis ban, pengandangan truk itu juga diakibatkan oleh kelangkaan bahan bakar.
Baca Juga:
Kim Jong Un Tekankan Persiapan Perang dan Pengembangan Senjata Nuklir Cepat
"Mobil-mobil itu pasti sudah lama tidak berfungsi jika bukan tanggung jawab pengemudi untuk merawatnya. Di antara bisnis lain di provinsi yang telah disuplai dengan mobil seperti yang kami miliki, banyak yang sudah menjual kendaraan mereka," kata sumber kedua itu.
Kegiatan ekonomi Korut diketahui sejauh ini masih sulit dilakukan secara normal. Otoritas negara komunis itu masih membatasi perdagangan luar negeri dengan beberapa alasan, salah satunya adalah pandemi Covid-19 di mana Korut sedang membatasi akses masuk demi mengekang virus.
Tak hanya itu, krisis pangan juga saat ini sedang melanda di negara itu. Bahkan, pemimpin tertinggi negara itu, Kim Jong Un, meminta warganya untuk 'mengencangkan ikat pinggang mereka' hingga setidaknya tahun 2025 mendatang. [rin]